Wednesday, 5 July 2017

Pasport Hilang Di Kamboja

24 Juni 2017 rasanya hari yang paling sial bagi saya. Saya dirampok kurang dari 1 jam saya tiba di Kamboja dari Vietnam dengan menggunakan bus. Awalnya saya sedang melakukan perjalanan backpacker dengan ketiga teman wanita saya ke 5 negara Asia Tenggara, dan Kamboja merupakan negara ke 3 yang akan kami singgahi.

Kami sampai sekitar pukul 22.00 di stasiu bus di kota Phnom Penh dan berjalan kaki ke guest house yang jauh-jauh hari sudah kami booking. Saat berjalan kaki di pinggir jalan raya besar tiba-tiba sebuah pengendara motor yang dinaiki 2 orang pemuda mencoba menabrak kami. Spontan kami yang berjalan beriringan dengan gerak refleks mencoba menghindar. 3orang teman saya menghindar ke depan dan saya sendiri menghindar ke belakang. Saat itulah tiba-tiba pengendaranya tersenyum kearah saya dan orang yang dibelakangnya mendorong badan saya kebelakang dan menarik tas selempang saya dengan keras. Saya terdorong kebelakang dan merasakan tas saya putus dan mereka langsung tancap gas. Spontan saya teriak minta tolong dan beberapa pengendara motor di jalan raya itu hanya diam tanpa melakukan hal apapun. Saya langsung terdiam, kaget dan shock. HP, kartu kredit, kartu debit, ATM raib seketika, dan yang paling menyesakkan adalah pasport saya juga ada didalam tas tersebut. Malam itu sudah menunjukkan pukul 11 malam, kami tidak tau wilayah disana dan memutuskan untuk ke guesthouse dulu baru kemudian melapor ke polisi setempat. Sesampai di penginapan saya mulai berpikir kera bagaimana caranya untuk memblokir semua kartu saya. Masalahnya entah apa yang merasuki hp teman-teman saya tapi tidak satupun berhasil menyambung ke zona Indonesia untuk menelepon call centre bank. Saya berpikir keras bagaimana caranya contact ke Indonesia agar kartu saya dapat di blokir. Akhirnya saya teringat kalau adik saya pernah melepon saya dengan video call FB, dengan semanagat saya kemudian mencoba fasilitas ini namun selang 15 menit tidak ada yang menjawab, karna memang waktu itu sudah pukul 1 subuh. Untungnya ada 1 teman saya yang terbangun dan call back saya saat itu juga. Saya girang bukan main dan meminta bantuannya untuk memblokir semua kartu kredit dan debit saya. Sampai disitu saya sedikit tenang. Namun saya semakin pusing ketika menyadari bahwa keesokan harinya adalah hari raya idul Fitri dan saya jadi ragu apakah Kedubes Indonesia di Kamboja menerima pengaduan atau tidak.

Akhirnya keesokan harinya sekitar pukul 6 pagi saya dan ketiga teman saya langsung naik tuk-tuk (semacam becak tradisional di Kamboja) dan minta diantarkan ke kantor polisi terdekat. Kantor polisi pertama kosong melompong, kami kemudian lanjut ke kantor pilisi yang ke dua dan statusnya sama, tidak ada orang. Sampailah kami di kantor polisi yang ketiga, sama saja... kantornya buka dan tetap tidak ada petugas disana. Akhirnya saya minta diantarkan ke kantor Keduber RI dan kami tiba tepat pukul 8, dan baru saja jadwal sholat Ied Idul Fitri selesai. Dari sekuriti yang ada disana saya mendapat konfirmasi bahwa staff kedubes sedang cuti bersama sampai tanggal 3 Juli sesuai dengan konfirmasi pemerintah pusat. Lutut saya langsung lemas... masa saya harus menunggu sampai tanggal 3 Juli untuk balik ke Indonesia? sementara saya sendiri sudah merasa muak berlama-lama di negara ini. Saya akhirnya bertemu dengan Bapak Simorangkir yang merupakan pejabat Konsulat kedubes disana. Saya dan teman-teman saya disambut dengan baik dan ramah sekali. Beliau kemudian meminta kami untuk membuat laporan polisi dahulu, sementara beliau sendiri masih harus melakukan pembukaan perayaan Idul Fitri di Wisma Kedubes RI untuk kemudian dibantu dibuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP). Awalnya beliau menyuruh sopir kedubes yang merupakan warga negara Kamboja namun fasih berbahasa Indonesia untuk menemani kami namun sayangnya beliau ada janji ke airport pukul 9 pagi. Saya dan teman-teman saya kemudian diantarkan menaiki tuk-tuk lagi dan Pak Cantha (nama supir Kedubes RI di Kamboja) dan beliau kemudian bertukar nomor HP dengan pengemudi tuktuk untuk berbagi informasi.

Kami lalu sampai di kantor polisi yang diarahkan, namun sekali lagi kantor polisi yang satu ini pun sama, dalam kondisi tidak ada petugas sama sekali. Sekali lagi kami mencari kantor polisi dan kemudian kami menunggu polisi yang sedang berwenang. Sesampainya polisi tersebut kami diajak ke lokasi tempat kejadian perkara dan demi melihat lokasi tersebut, dia kemudian membawa kami ke kantor polisi lain dengan alasan bahwa lokasi kejadian tidak terjadi di wilayahnya melainkan di wilayah kantor polisi lain. Whaaaat....????

Di kantor polisi yang baru ini, saya kemudian dibonceng dengan menggunakan motor untuk benar-benar melakukan tinjau lokasi. Mulai dari stasiun bus yang kami naiki dari Vietnam, menulusuri jalan yang mengarah ke penginapan kami dan titik kejadian. Si polisi kemudian mengatakan bahwa, kejadian tersebut tidak berada di wilayahnya maka diapun mengantar saya ke kantor polisi yang baru. Haaaaaaaaahhhhh......!!!!!!

Akhirnya sampailah kami ke kantor polisi yang entah sudah ke berapa kali ini. Beberapa orang polisi dari beberapa kantor polisi yang sempat saya datangi tadi sempat sedikit cekcok menanggapi kemana seharusnya saya melapor. Fyi, mereka tidak bahasa Inggris dan hanya bisa menggunakan bahasa Khmer. Bayangkan komunikasi saya dengan bapak-bapak polisi itu dari pagi, saya hanya bisa menjelaskankan dengan menggunakan metode gambar atau bahasa tubuh. Emosi saya sudah diubun-ubun ketika pak Cantha kemudian tiba-tiba muncul dan mencoba membantu. Haaaaah... thanks God. Beliau kemudian yang menjadi penerjemah antara bahasa Khmer dengan bahasa Indonesia. Pak Cantha kemudian menjelaskan bahwa lokasi tempat kejadian itu harus dicari tau apakah ada di sebelah kiri atau kanan jalan dari posisi tertentu untuk kemudian diarahkan ke kantor polisi yang semestinya... capek deeeeh.....

Tibalah saatnya membuat laporan dan saya langsung lemas ketika melihat bahwa semuanya dilakukan hanya dengan menggunakan tulisan tangan alias manual. Jadi hanya ada sejenis form yang ditulis oleh petugas terkait pengaduan kehilangan saya.
Bagian ini yang paling ingin membuat saya benar-benar ingin menangis. Petugas polisi tersebut ternyata tidak bisa membaca menggunakan huruf latin. Contoh, jadi polisi akan menanyakan nama saya dengan bahasa Khmer ke pak Cantha. Pak Cantha menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Lalu saya menulis nama saya pada secarik kertas. Pak Cantha kemudian menulis nama saya dalam tulisan Khmer, dan petugas polisipun menuliskan nama saya kembali dengan huruf Khmer di formulirnya. Garuk-garuk asapal deh gw..... Setelah itu saya kemudian membayarkan $10 ke pihak polisi untuk membuat laporan tersebut agar ditandatangani oleh atasannya.
Proses lapor polisi ini akhirnya selama 4 jam. Saya kemudian mengejar lagi ke Kedubes untuk dibuatkan SPLP. Tadinya saya berharap masih bisa melanjutkan backpacker saya, namun SPLP hanya merupakan one way ticket untuk pulang ke negara Asal, bukan untuk berkunjung ke negara lain. Apalah daya, setelah diskusi saya akhirnya harus stay di Kamboja untuk menyelesaikan semuanya sementara teman-teman saya akan melanjutkan perjalanan. Sore harinya pak Simorangkir datang ke penginapan saya mengantarkan semua dokumen yang diperlukan untuk mengeluarkan visa exit saya. (saya sangat terharu dengan pengorbanan beliau ditengah-tengan minimnya para staff karna libur lebaran).
Mengingat komunikasi di kantor polisi yang berbelit-belit dan saya yang tiba-tiba parno dengan orang-orang Kamboja di jalanan, saya akhirnya menghubungi pak Cantha lagi untuk mendampingi saya ke kantor Imigrasi untuk mengurus visa exit saya. Saya shock dengan biaya yang harus saya selesaikan agar visa exit saya cepat selesai 1 x 24 jam, yaitu $50. Emosi saya rasanya sudah sampai diubun-ubun dengan semua tindakan korupsi di negara ini, tapi mau bagaimana lagi?

Keesokan paginya saya datang mengambil visa exit saya dan langsung ke Phnom Penh Airport padahal pesawat saya akan take off pukul 21.30 via Singapura. Saya sudah benar-benar muak dan tidak mau lagi berlama-lama di lingkungan negara ini makanya saya memutuskan lebih baik saya menunggu di airport berjam-jam saja.

Setelah transit di Singapura, keesokan harinya saya lanjut take off ke Jakarta Indonesia. Rasanya lega luar biasa ketika tiba di tanah air. Terus terang saya tidak kapok backpacker di luar negeri, namun ini semua memberikan pelajaran yang sangat berarti kepada saya.

Berikut beberapa hal penting yang teman-teman perlu persiapkan untuk jaga-jaga jika mengalami peristiwa yang saya alami diatas:

1. Ada baiknya semua dokumen penting di scan dan disimpan di google drive untuk mempelancar proses administrasi di KBRI. Dokumen penting itu adalah KTP, KK, Ijazah, Pasport dan akta lahir berikut foto ukuran pas photo juga. Jika kamu tidak memiliki back up soft file dokumen ini, dipastikan kamu akan mengalami kesulitan dalam membuat SPLP

2. Kalau memang berniat melakukan perjalanan ke luar negeri sebaiknya pasport di foto copy dulu dan disimpan di tempat terpisah sebagai antisipasi.

3. Tidak perlu panik ketika kehilangan pasport di LN. Intinya kamu harus membuat laporan ke pihak  kepolisian terlebih dahulu baru bisa membuat laporan ke kedubes RI setempat.

4. Perlakuan membuat visa exit di beberapa negara mungkin berbeda, tapi tetap harus mengikuti peraturan setempat bagaimanaprosedur membuat dokumen tersebut.

5. Idealnya setiap kita berkunjung ke negara asing kita harus melapor terlebih dahulu ke kedubes Indonesia setempat, untuk jaga-jaga jika ada kejadian yang tidak terduga terjadi. Kalau memang punya waktu luang silahkan untuk melapor ke kedutaan besar setempat.

Well semoga kisah ini bisa membantu ya...




Thursday, 8 June 2017

My Ode to Chatarina Wiedyawati

07 Mei 2017...

Pada tanggal itu hari Minggu, posisi saya masih berada di Bali. Saya bangun pukul 04.30 untuk mengejar penerbangan ke Jakarta pukul 07.30 pagi. Saya ingat waktu itu saya terburu-buru memesan taksi online Uber dan mengalami mood yg sedikit swing karna kelelahan.

Dihari yang sama... di waktu yang sama... salah satu sahabat dekat saya Chatarina Wiedyawati meninggal dunia. Chacha meninggal karna dibunuh. Saya banyak menangis, dan terus terang sampai sekarang saya merasakan kelelahan yang amat sangat karna rasa sedih kehilangan.

Betapa anehnya dunia ini... dihari saya menghadiri pemakaman sahabat saya di Yogyakarta, keponakan pertama saya lahir di Jakarta. For the first time somebody will call me aunty.

Kurang dari 6 bulan, saya sudah kehilangan 2 orang sahabat and it really breaks me. My heart feels like numb. Mereka masih muda... dan seharusnya hidup berbahagia.

Tidak ada yang tahu rahasia Tuhan akan kematian. Kematian datang seperti pencuri. Banyak hal yang ingin saya ulang lagi dengan sahabat-sahabat saya yang sudah berpulang itu. Banyak pemikiran yang 'seandainya' bisa saya lakukan untuk mereka. But now I lost them...

Dear sweetest Chacha,

Chacha... betapa banyak hal yang sudah kita lalui bersama. Betapa banyak cerita yang kita sudah sharing bersama. Karakter kita berdua yang bagai langit dan bumi... tapi anehnya kita masih tetap bersahabat. Aku sering mendebat kamu karna sikapmu yang menurutku tidak sesuai. Sering aku menasehati kamu dengan sangat keras dan tak jarang sampai kamu menangis. Maafkan aku Cha... tapi itu aku lakukan karna aku sangat peduli dengan kamu. Aku ingin kamu lebih kuat dan percaya diri. Tapi ternyata aku salah Cha, sikap kerasku mungkin membuat kamu menjadi kurang terbuka di saat-saat terakhirmu. Seperti biasa aku pasti akan mengoreksi kamu. Belum lagi ke 6 sahabat kita yang lain, yang memang jarang setuju dengan pendapat kamu. Maafkan aku Cha...sungguh aku minta maaf. And then you told us that everything was alright although so many awkwardness in your relationship. You hide it!!! Itu yang sangat aku sesalkan. You know we're all take care of you because we love you dear.

Berita kepergianmu sangat menghebohkan, setiap teman kantorku menanyakan detail cerita tentang kamu pasti awalnya aku masih diam dan tanpa terasa airmataku jatuh lagi. Aku hanya bisa menjawab supaya mereka membaca kisahmu lewat berita atau televisi saja. Peristiwa kepergianmu terasa sangat aneh... aku seperti mati rasa.

Sekarang aku hanya berusaha untuk mengikhlaskan kepergianmu, berusaha tabah dan berdoa untuk keluargamu. Dan aku berharap datangnya keadilan untuk peristiwa pembunuhanmu, sahabatku.

Chacha... aku ingin berterimakasih untuk semua sikap baik dan murah hatimu selama ini. Terima kasih sudah memberikan banyak pelajaran hidup.

Aku ingat kalau kamu suka dengan salah satu lagu favoritku Original Sin dari Elton John. Sekarang perasaanku tidak sama lagi setiap mendengarkan lagu itu.

Chacha my dear friend.... semoga kamu berbahagia disana... dan keluargamu mendapatkan keadilan di bumi. Thank you for everything Chacha... I still cry for you now. But one thing dear... I promise you... aku akan menjalani hidup sebaik-baiknya untuk balas dendam akan waktumu yang hanya sebentar di dunia. I hope you happy and dance in heaven dear. I truly love you... I believe you know that Cha...

Goodbye Chatarina Wiedyawati, you will always stay in our heart!


Minum Kopi Part II

Sebelum saya melanjutkan petualangan jalan-jalan minum kopi, well I have to be honest that I even didn't taste it. But I will give opinion based on my friend taste and point of view. Kenapa??? Satu bulan sebelum saya ke Bali saya sakit yang lumayan nggak OK dan mengharuskan saya bed rest sekitar seminggu akibat diserang vertigo dan asam lambung yang sudah akut. Saya hanya boleh mengkonsumsi air putih... no milk, tea apalagi kopi. Dan terus terang saya belum berani mengkonsumsi sampai dengan hari ini. Nevertheless, saya masih tetap akan menyampaikan informasi mengenai kafe coffee di Bali yang menurut saya keren-keren sekali.

Wilayah Ubud

1. Seniman Coffee

Minuman yang dipesan oleh teman saya adalah Cappucino dan black coffee. Keduanya terasa heavy and less acid. Sempat bincang-bincang dan mendapatkan informasi jika teknik yang digunakan dalam roastery kopinya adalah black coffee honey proses. Dimana tekniknya adalah kopi dikuliti dulu baru dilakukan proses pemanggangan. Jenis kopi yang digunakan adalah kopi arabica lokal.

Tau hal yang menarik dari kafe ini? mereka menyediakan minuman tradisional Indonesia yang sudah terkenal berabad-abad yaitu JAMU! I'm kind of very supprised... I love jamu since I was kid. Jadilah saya memesan jamu temulawak disini. Seru banget yak... minum jamu di kafe kopi hehehehe...



2. Ubud Coffee Roastery

My friend ordered kind of espresso in this place. And when I ask, she replied "biasa aja" hehehehe. Still I believe they serve one of the fine coffee. But I kind of love the place actually. Tempatya kecil dan sangat simple. When you need a fine cup of take away coffee, this place can give you that.



3. Gangga Coffee

What I remembered the most about this place was apparently owned by my junior almamater at the same college! but I didn't know him for sure. he has a very polite and friendly employee. This cafe placed side by side with his handycraft studio, so you can enjoy your coffee and seek souvenirs at once. I do really love the ambience and I love the people. And the coffee??? kind of good too. My friend at least ordered 2 kind of coffee and she said the taste is nice and better than coffee she has tasted at Jakarta.



Masuk hari ke 2, saya dan sahabat sayapun menjelajahi beberapa cafe coffee yang keren-keren di daerah Seminyak Bali

1. Piston Coffee

We ordered cheese french fries yg enak banget, tapi tunggu sampai sahabat saya memesan ice cappucinonya.... gilaaaaa.... minnuman ini bintang 5 deh. Suasana cafe yang cozy dan sangat menyenangkan... Recommended palce to hangout with your mate.




2. Temu Coffee Seminyak

Dengar-dengar sih yang punya artis Raisa yang sedang booming itu... Saya dan sahabat saya lunch disini (setelah jalan kesasar karna dikibulin oleh Google Maps). Well, to be honest the foods aren't so special. Kopinya juga masih kalah sama kopi yang di Pison. Namun menariknya, cafe ini menarik pendatang dengan membuat event seperti garage sale dan mini bazaar. Kegiatan bazaarnya menjual cinderamata, aksesoris dan charity. Belum lagi live band yang siang-siang saja sudah tampil penuh performa. no wonder this place so crowded.



3. Revolver Coffee

Tempatnya masuk gang dan pintu masuknya hampir tidak kelihatan. Saya dan sahabat saya sampai kelewatan. Suasananya seperti bar terlarang, agak tertutup. Sampai kita masuk kedalam kafe kopi ini... well, so classic. Full of vintage things. The drinks taste good. Keadaan yang vintage ini yang membuat saya betah didalam. Karena agak minim cahaya, suasananya seperti kita sedang ngopi di malam hari. Tempat ini lumayan keren deh. bagaimana dengan kopinya? Well, lagi-lagi sebenarnya masih kategori enak tapi belum terasa sangat special.




4. Expat Roastery Coffee

Setelah agak berpanas-panas ria, begitu masuk ke cafe ini rasanya adem sekali. Teman saya memesan espresso yang rasanya enak banget. Acidity yang pas di padu dengan rasa bitter yang justru memberikan sensasi yang menyenangkan. Untuk tempat mengkin sedikit terlalu crowded, tapi demi taste kopinya semuanya bisa diabaikan.



5. BCstreet Coffee

Ini tempatnya bukan konsep cafe yang mahal, rata-rata harga kopinya hanya belasan ribu rupiah saja. Sangat terjangkau bahkan oleh pelajar atau mahasiswa. Mereka menawarkan citarasa kopi lokal dengan rasa yang bisa diadu plus harga miring. Well recommandedlah ya...



Well. ada 8 cafe kopi yang berhasil di eksplore selama 2 hari di Bali dan sejujurnya saya sangat puas sekali. Malah sebaliknya saya berharap bisa tinggal lebih lama lagi untuk mencari kopi-kopi terbaik disana. Buat kamu yang kebetulan akan hangout disana bisa mencoba cafe-cafe diatas. But which one is my favorite? Untuk yang di Ubud saya akan pilih Seniman dan yang di Seminyak saya pilih Piston. Kedua tempat ini keren dan kopinya juga OK punya.

World Cuisine In My Opinion

I love to eat... any food. Hanya ada dua penilaian di mulut saya jika itu sudah menyangkut makanan, enak dan enak sekali :D Saya bersyukur sudah menikmati hampir seluruh cuisine dari beberapa negara yang berasal dari beberapa benua. Pada dasarnya, ada perbedaan yang sangat signifikan antara makanan barat dan timur, yaitu mengenai bumbu dan teknik memasak.

Kebanyakan makanan timur rata-rata kaya akan rempah atau bumbu (kecuali mungkin Chinese dan masakan Jepang). Bumbunya pasti seabrek-abrek, namun tenik masaknya sangat simple. Contoh masakan India, Melayu, Indonesia dan lainnya. Semua bumbu kemudian dihaluskan kemudian kalau tidak di rebus, di kukus, di gulai sampai semuanya matang, and done! ready to eat then.

Mekanisme diatas tidak serupa dengan masakan barat. Bumbu masakan barat sangat minimalis jika dibandingkan dengan masakan timur. Sebut saja hanya penggunakan bawang putih, lada, keju dan saos. Namun bahan utamanya seperti daging atau ikan akan dimasak dengan beberapa teknik. Sebut saja cara memasak steak. Setelah di marinate dengan lada dan garam, di panggang sebentar kemudian dilanjutkan dengan memasak di oven.


1. Benua Asia

Makanan dari benua Asia adalah yang paling kaya akan variasi bumbunya. Mulai dari menggunakan rempah yang standar (bawang atau cabai), sampai dengan rempah eksotis (cumin, asam jawa, sereh dll). Makanan Indonesia, Melayu, Thailand dan India biasanya yang paling banyak menggunakan rempah-rempah tadi. Versi kedua yang menggunakan banyak bumbu tapi mungkin tidak sampai overload adalah makanan Philipina, Vietnam atau Bhutan. Dan yang paling ringan adalah makana Chinese, Jepang dan Korea. Secara keseluruhan saya sangat menikmati makanan Asia, dan saya pecinta makanan pedas. Menurut saya makanan Asia yang paling tasteless adalah makanan Jepang, contohnya saja sushi. Bahkan jenis mi udon, ramen dan bento-nya masih menggunakan bumbu yang minimalis. But for sure... I do really love Japanese food. Khusus sashimi (ikan mentah), saya sendiri suprised ternyata cocok dilidah saya. Tadinya saya pikir malah saya akan muntah memakan irisan ikan mentah tersebut. Kalau kualitas ikannya bagus, It mostly taste like smooth butter. Khusus untuk masakan Padang saya bisa moody, pas lagi selera ya bisa makan nasi padang full selama seminggu, tapi begitu sedang tidak selera, saya tidak akan mengkonsumsi masakan ini bahkan sampai setengah tahun. Saya pernah tinggal di Pekanbaru Riau selama 5 tahun yang termasuk banyak ditinggali oleh suku Minangkabau. Tentu saja rasa masakan Padang disanan sangat jauh berbeda ketika saya makan masakan Padang di beberapa propinnsi di Indonesia. Jika makan langsung di daerah asalnya, rasanya pasti sangat juara. Apalagi rendangnya!!!! No wonder it become the most tasty food in the world.

Pho from Vietnam

Sushi from Japan

Tom Yam from Thailand


2. Benua Amerika

To be honest i do not really respect or like their food. All their food not even fresh and and the portion is really too much with high calories. Kalau kamu menonton acara masak memasak dari Amerika, bisa dilihat jika bahan-bahan yang mereka gunakan pasti bahan yang dikemas kaleng. Buah kaleng, kacang polong kaleng, tomat kaleng, ikan kaleng... what the hell!!! how you can eat food like that? Semua bahan bakunya otomatis sudah menggunakan bahan pengawet. American food absolutely not my favorite.

Mungkin sedikit berbeda ketika kita membicarakan makanan dari Amerika Selatan, seperti masakan dari Meksiko, Brazil dan lainnya. Sejujurnya saya juga tidak terlalu menikmati makanan mereka. Meskipun bahan masakan mereka masih tergolong fresh, saya bahkan hampir muntah ketika menyantap beberapa jenis masakan Meksiko. Waktu itu saya memakan tortilla panggang dengan saos avocado plus tomat dan paprika dengan sedikit tobasco. My goodness.. please no more... it taste in the middle of nowhere!

But, that's their habit of food...

Fried Chicken

Burger

3. Benua Eropa

Europe cuisine is one of my favorite as well. Saya suka dengan bumbunya yang sangat minimalis dan menggunakan bahan baku yang fresh. Mereka sangat jarang sekali bahkan hampir tidak pernah menggunakan makanan kaleng. The food is fresh! Yang membuat masakan Eropa menarik ada pada tekniknya... mungkin kalau diperhatikan kok malah sedikit lebay ya? but that's the point. They use some those technical way just to increase the original taste from the main food. Contohnya saja ketika memasak steak. Bumbu yang digunakan paling hanya garam, lada dan bawang. But you have to grill it first then roast it in an oven. Tingkat kematangan daging juga sudah menjadi hal yang biasa untuk mereka dengan timing yang sudah ditentukan. Lhaaa... kok jadi malah tambah repot ya? Welll, but that is their culture dear. Untuk lidah kebanyakan orang Indonesia masakan Eropa mungkin yang paling tasteless, but somehow I love it.

Salmon Steak

4. Benua Afrika/Arab


I love their cuisine too karna kaya akan rempah eksotis. Sebut saja masakan Timur Tengah yang pasti mengandung daging dan nasi atau couscous (kuskus) atau butiran tepung. Tapi memang tidak semua orang bisa menikmati bumbunya yang sangat kuat, bahkan teman saya pernah memberikan komentar kalau masakan Arab atau Afrika seperti memakan serbuk jamu hahahahaaha...

Apa yang saya suka dari makanan benua ini karena mereka hanya menggunakan sedikit minyak. Tidak ada model makanannya yang deep fried, jadi pasti lebih sehat. Masakan mereka juga sedikit banyak mirip dengan masakan India, dan tentu saja rasanya sama enaknya.

Nasi Kebuli

Well, itulah review saya mengenai masakan dari beberapa benua and I still need to improve my knowledge about cuisine.

Thursday, 13 April 2017

Selamat Menyambut TRI HARI SUCI and Happy Easter!

People are often unreasonable and self-centered
Forgive them anyway...
If you are kind, people may accuse you of ulterior motives
Be kind anyway...
If you are honest, people may cheat you
Be honest anyway...
The good you do today may be forgotten tomorrow
Do good anyway...
Give the world the best you have and it may never be enough
Give your best anyway...
For you see, in the end, it is between you and God
It was never between you and them anyway

By Mother Teresa



Let me not pray to be sheltered from dangers,
but to be fearless in facing them.

Let me not beg for the stilling of my pain,
but for the heart to conquer it.

Let me not to look for allies in life's battlefield,
but to my own strength

Let me not to crave in anxious fear to be saved,
but hope for the patience to win my freedom.

Grant that I may not be a coward,
feeling Your mercy in my success alone

But let me find the grasp of Your hand in my failure

By Rabindranath Tagore


Life Lessons

1. Life isn't fair, but it's still good.

2. When in doubt, just take the next step small step.

3. Life is too short to waste time hating anyone.

4. Don't take yourself so seriously. No one else does.

5. Pay off your credit cards every month.

6. You don't have to win every argument. Agree to disagree.

7. Cry with someone. It's more healing than crying alone.

8. Save for retirement, starting with your first paycheck.

9. When it comes to chocolate, resistance is futile.

10. Make peace with your past, so it won't screw up the present.

11. It's OK to let your children see you cry.

12. Don't compare your life to others. You have no idea what their journey is all about.

13. If relationship has to be a secret, you shouldn't be in it.

14. Life is too short for long pity parties. Get busy living, or get busy dying.

15. You can get through anything if you stay put in today.

16. A writer writes. If you want to be writer, write.

17. It's never too late to have a happy childhood. But the second one is up to you and no one else.

18. When it comes to going after what you love in life, don't take NO for an answer.

19. Burn the candles, use the nice sheets, wear the fancy lingerie. Don't save it for special occasion. Today is special.

20. Overprepare, then go with the flow.

21. Be eccentric now. Don't wait for old age to wear purple.

22. The most important sex organ is the brain.

23. No one is in charge of your happiness except you.

24. Frame every so-called disaster with these words: "In five years, will this matter?"

25. Forgive everyone, everything.

26. What other people think of you is none of your business.

27. Time heals most everything. Give time, time.

28. However good or bad situation is, it will change.

29. Your job won't take care of you when you are sick. Your friends will. Stay in touch.

30. Believe in miracles.

31. Whatever doesn't kill you really does make you stronger.

32. Growing old beats the alternative --- dying young.

33. Your children get only one childhood. Make it memorable.

34. Get outside every day, miracles are waiting everywhere.

35. If we all threw our problems in a pile and saw everyone else's, We'd grab our back.

36. Don't audit life. Show up and make the most of it now.

37. Get rid of anything that isn't useful, beautiful or joyful.

38. All that truly matters in the end is that you loved.

39. Envy is a waste of time. You already have all you need.

40. The best is yet to come.

41. No matter how you feel, get up, dress up, and show up.

42. Take a deep breath. It calms the mind.

43. If you don't ask, you don't get.

44. Yield.

45. Life isn't tied with a bow, but it's still a gift.

Source: www.karinecandicekong.com


Note: I will add one more though ...
          number 46. And say FUCK OFF more often...!!!
          Yang kalau di translate ke bahasa batak artinya hajaaaaaar...!!!

Thursday, 6 April 2017

What Makes Us Human

What makes us human? let's see the answer from Jane Goodall perception, a primatologist, ethologist, anthropologist, and United Nation Peace Messenger of Peace...


My name is Jane Goodall and my age is 80. My job is giving people hope. I learned from my mother the great importance of support. When I was a child, she supported all my crazy love of animals. When I wanted to go off to Africa at age 10 and everybody laughed at me, she supported me, and she simply said something I took to heart and always repeat:

"If you really want something, you must be prepared to work very hard. Take advantage of opportunity, and above all never give up."

In my life right now... I'm 80. There's so much to do. So I would like to go back, and give myself a bit longer. As it is, I don't know how long I have to live, but certainly, every year takes me closer to the end, whenever that is. So there's this feeling of desperation. So many places I want to go, so many people to talk to, so many hearts to reach. I'm just me, and I try to use this electronic stuff. It does work, to a certain extent. But it's not the same as being there, and sensing a person, and trying to get in where it seems impossible to go.

Education is not a sort of thing, we think about when children go to school. Education is learning from experience. We continue to be educated throughout life. Every day bring its own kind of education, and we can learn from it. If we keep our eyes and ears open, and think of every day as an adventure, then each day will give us a lesson.

I have many kinds of happiness. I'm completely happy when I'm alone in nature. I love to be alone in nature. It makes me happy. I'm really happy sitting with friends in the evening, particularly around a campfire, telling stories, drinking a bit of red wine. I'm totally happy when I'm walking with a dog. Dogs make me really, really happy. You can be yourself, with a dog. A dog is always him- or herself with me. When I was a child, my great teacher was a dog. A dog who taught me we're just part of the animal kingdom. We're not the only beings with personalities, and mind capable of reasoning. Certainly not the only beings with emotions like happiness, sadness, fear, despair. Nor are we the only beings capable of giving and receiving love.

The biggest problem that we have as environmental activist is to fight the power of money. There's absolutely no question. People in government truly agree, when I talk with them, that this mine should not go ahead, that dam should not be build... Monsanto should not be allowed to test its seeds here. But when it's time... It's corruption, really. The might of money, the corporations that hold governments in their hands, because of lobbying power... It's really frightening. If I were allowed to change a few things, if I had this magis power, I would like, without causing any pain or suffering, to reduce the number of people on the planet. There's too many of us. Our planet has finite resources, and we're using them up. That will mean so much suffering in the future. I would also like to alleviate poverty.

When you're poor, never mind the individual suffering, you destroy the environment to survive. You have to cut down the trees to grow a bit of food for your family, or to make charcoal. Or you have to buy the cheapest food, even it did cause horrendous suffering to animals or slave child labor somewhere else. So alleviate poverty. And maybe the hardest of all, but what I really would love to change, is the unsustainable lifestyle of everybody else. We're just greedy! I always think of Gandhi's saying, "This planet can provide for human need, but not for human greed." That's so right!