Sunday 15 January 2017

Book of January 2016

Happiness Inside oleh Gobind Vashdev (2012); 278 halaman.



Sebelum saya mereview tentang buku yang luar biasa ini, berikut sedikit latar belakang mengenai penulisnya:

Gobind Vashdev lahir dan menghabiskan masa kecilnya di kota Surabaya. Kemudian is pindah ke Jakarta dan akhirnya menetap dikota Ubud, Bali. Gobind tidak lulus S1, tetapi sejak kecil memiliki ketertarikan yang besar terhadap pelajaran yang bersifat informal. Baginya, setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah, dan setiap jam adalah waktu belajar.

Ia senang menyebut dirinya heartworker, seorang pekerja hati. Menjadi vegetarian selama lebih dari 20 tahun sama sekali tidak menghambat langkahnya dalam berkiprah di dunia yang dicintainya ini. Gobind terus aktif berkeliling ke tempat tempat konflik dan bencana di Indonesia dalam rangka melakukan aktivitas sosialnya. Gobind menemukan kebahagiaan dalam berbagi dan memberikan apa yang dia miliki kepada orang lain. Baginya hidup bukanlah suatu perlombaan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya, tetapi memberi kepada dunia sebelum kita meninggalkannya.
Ia tidak menggunakan sabun, sampo, pasta gigi atau bahan-bahan yang membebani alam ini. Selain itu ia juga selalu mengingatkan bahwa memiliki kesempatan hidup sebagai manusia adalah kesempatan yang tak ternilai harganya, sayang sekali bila harus dikotori hanya untuk kesenangan sesaat.


*****
Sejujurnya saya sedikit agak bingung memulai darimana untuk mereview buku ini, karena ternyata sangat mempengaruhi saya. Banyak perenungan yang saya lakukan setiap satu bab yang telah saya baca dari buku Gobind. Isi buku ini benar-benar seperti memaksa kita untuk berpikir ikhlas (ilmu ikhlas ini luar biasa susah untuk saya!), belajar melepaskan dan memikirkan kebahagiaan orang lain. Sesuatu yang aneh di zaman sekarang sebenarnya. Alih-alih mengejar materi, Gobind mengajarkan untuk menggunakan materi dunis secukupnya... tanpa berlebih, (lihat saja gaya hidupnya yang vegetarian dan tidak menggunakan perkakas dunia). Bagi saya Gobind seperti oase di padang gurun namun entah mengapa pemikirannya sangatlah indah.

Semua kata-kata bijak dalam buku ini adalah hasil proses perenungan Gobind dari tokoh-tokokh spiritual terdahulu dan Gobind melakukannya dengan caranya sendiri. Semua pertanyaan-pertanyaan saya tentang kehidupan, entah kenapa sama dengan apa yang dipertanyakan oleh Gobind. I feel like I met my oldfriend and then we cheers together! Gobind bukan penganut ajaran agama tertentu, tapi dia memilki jiwa spiritual yang begitu luar biasa. Bagi kamu yang selama ini merasa dunia filosofis terlalu sulit untuk dimengerti, buku Gobing termasuk buku yang sangat mudah untuk dipahami dan diaplikasikan. Banyak pesan moral yang disampaikan ala spiritual timur. Untuk orang dengan pola pikir duniawi, atau yang selama ini berkiblat ke arah spiritual Barat, pemikiran-pemikiran Gobind mungkin seperti tidak masuk akal. But anyway... still this book is worth to read.

Berikut kalimat-kalimat dalam buku Gobind yang telah menginspirasi saya:

1. Jika sulit bagi kita untuk berpikir positif itu tidak lain karena pohon 'positif' dalam pikiran kita jarang diberi makan, ketika perasaan dengki dominan dalam diri kita, itu bukan karena kejadian diluar atau orang lain yang menyebabkannya, semua adalah peran kita dalam memupuk kesuburannya. Tubuh dan pikiran kita hari ini terjadi karena apa yang kita lakukan dan pikirkan pada masa lalu, tubuh dan pikiran apa yang ingin anda lihat pada masa depan, tergantung pada apa yang akan anda lakukan dan pikirkan mulai saat ini dan ke depannya.


2. Sebuah kebenaran harus melewati tiga tahap 1) ditertawakan, 2) ditentang habis-habisan dan yang ke 3) diterima.


3. Sekarang setelah kita hidup sekian lama di dunia ini, seringkali kita berucap terima kasih kepada orang-orang yang kita jumpai. Mulai dari orangtua kita hingga orang yang baru kita kenal. Namun pernahkah anda berucap terima kasih kepada kaki anda yang selalu menopang tubuh anda? Pernahkah anda berterima kasih kepada mata yang memberikan penglihatan sehingga kita dapat melihat dunia yang indah ini? bagaimana dengan jantung anda? pernahkah kita berterima kasih kepada jantung yang selalu setia menjalankan tugasnya tanpa mengenal lelah?


4. Komplain dan kebahagiaan seperti terang dan gelap, keduanya tidak mungkin hadir berbarengan.


5. Keseharian hidup kita, kesenangan, dan kecemasan sangat dipengaruhi oleh kemana paling sering fokus perhatian kita diarahkan.


6. Menyadari betul keadaan 'orang yang menyulitkan' selain membawa kita ke sebuah pemahaman lebih baik tentang bagaimana perilaku seseorang terbentuk, juga akan menjadikan jiwa kita bersyukur.


7. Bukan materi yang berlimpah ruah, tetapi hati yang kayalah yang dapat ikhlas membantu yang lain.


8. Ketika saya memperoleh sedikit uang, saya akan membeli buku, dan jika ada sisa saya membeli makanan dan pakaian.


9. Apapun sikap kita dalam menghadapi kejadian, jauh lebih penting dibandingkan kejadian itu sendiri.


10. Belajar melepaskan diri dari apa pun yang telah kita terima adalah suatu keindahan. Keindahan yang sama, seperti kita memberi sesuatu atau membantu orang lain. Ada suatu kegembiraan dan kedamaian yang tak terlukiskan jika kita ikhlas melepaskan apa yang ada.


Demi melihat point 10, beberapa hari yang lalu saya akhirnya memutuskan untuk memberikan 'harta karun saya yang paling indah' yaitu beberapa buku saya kepada sahabat-sahabat saya yang berminat. Saya adalah orang yang memang maniak membaca dari sejak saya kecil. Koleksi buku saya lumayan banyak. Namun sayangnya karena hidup yang masih nomaden, membuat buku saya tersimoan dibeberapa lokasi, yaitu dirumah orangtua saya di kota Pematangsiantar, di kontrakan adik saya yang nomor 2, di rumah adik saya yang lainnya, dikantor dan di kostan saya sendiri. Dari dulupun saya selalu merasa keberatan untuk memberikan 'harta karun' saya ini ke orang lain karena saya ingin membuat koleksi buku pribadi. Demi mempelajari bagaimana caranya memberi, akhirnya saya putuskan untuk melepaskan buku-buku saya tersebut kepada teman-teman pilihan yang saya prediksi memerlukannya. Dimulai dari buku-buku yang ada di kost dan dikantor saya, akhirnya dalam tempo 2 hari sudah banyak yang take in. Saya senang dan akhirnya puas memberikan buku-buku saya tersebut secara cuma-cuma, yang saya harap para sahabat saya menerima manfaat yang sama ketika saya membaca buku-buku tersebut.

No comments:

Post a Comment