Thursday 30 March 2017

It's All About The Money, Honey...

Menurut miliarder Hongkong Li Ka-Shing, didunia ini ada 3 jenis uang yang sangat misterius. Semakin banyak kamu habiskan, semakin banyak kamu dapat.

Li Ka-Shing


1. Uang Untuk Investasi Diri


Uang untuk belajar dan mengembangkan diri harus dikeluarkan. Kalau hari ini kamu membuang Bill Gates ke pedalaman Afrika dan ditinggalkan tanpa uang sepeserpun, percayalah, dengan cepat Bill Gates akan tetap kaya lagi. Ini karena semua modal dia, sudah ditaruh di otaknya.

Jika otak miskin, hidup-pun akan miskin, dengan kata lain mengeluarkan uang untuk otak sendiri adalah investasi paling aman, kemana saja tidak akan kelaparan. Sebenarnya jika kamu benar-benar miskin, otak adalah aset terbesar kamu untuk kembali bangkit. Itu mengapa kamu harus benar-benar berinvestasi disini

Kita melihat banyak orang yang berjuang hanya untuk memenuhi kebutuhan, seluruh hidup mereka dihabiskan untuk mengisi lubang hitam besar yang tidak akan pernah penuh. Hal ini karena mereka tidak mampu melangkah mundur dan melihat bahwa kesulitan hidup mereka sebenarnya karena ketidakmampuan mereka untuk belajar dan mencari terobosan yang berkembang.

Orang yang pintar akan mengerti bagaimana belajar melalui pengalaman orang lain, dan menghindari kesalahan yang sama. Jadi untuk belajar dan mengembangkan diri harus rela menghabiskan uang, bahkan sampai meminjam uang sekalipun! Karena dia pasti akan memiliki banyak jalan untuk mengembalikannya. Jadi jika kamu menghadapi kesulitan, ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kapan saja bisa mulai.

2. Uang Untuk Berbakti

Uang untuk berbakti pada orangtua harus dikeluarkan. Mungkin banyak yang berpikir, buat diri sendiri saja sudah tidak cukup, bahkan masih banyak hutang, bagaimana secara rutin memberikan uang pada orangtua? Ada juga yang bilang, dirumah tidak kekurangan uang, papa dan mama punya cukup uang. Tidak peduli bagaimana keadaan ekonomi orangtuamu, uang berbakti kepada orangtua harus diberikan secara rutin. Semiskin apapun, sebulan sekali harus menyisihkan uang untuk orangtua.

Semiskin apapun orangtuamu, dia tetap membesarkanmu. Coba pikir, apakah karna banyaknya hutang, tidak cukup uang, lalu orangtuamu akan meninggalkanmu? Semiskin apapun, mereka pasti akan tetap membesarkanmu iya kan?

Sebenarnya, mungkin kamu tidak tahu, berbakti pada orangtua itu ibarat sebuah 'restu alami'. Relasi yang baik bagi orangtua akan meningkatkan kekuatan restu. Kalau tidak percaya, coba lihat orang sekitar kamu, lihat orang-orang yang sudah 24 kali ganti pekerjaan, apakah hidup mereka sudah berbakti? Orang yang dari muda mengerjakan sesuatu sering gagal, hidup tidak lancar, relasi dengan orangtua pasti ada masalah. Menurut data yang ada, 500 pengusaha tersukses didunia adalah orang-orang yang berbakti pada orangtua. Jadi ingat, semiskin apapun kamu, uang untuk berbakti tidak boleh dihemat.

3. Uang Untuk Amal

Asal ada uang lebih, donasikanlah itu. Di dunia ini, selamanya pasti ada orang yang kurang beruntung dari kita. Karenanya, peliharalah kebiasaan beramal. Jika kamu memiliki tanggungan, sisihkanlah 2% dari pendapatanmu untuk didonasikan. Jika tidak ada tanggungan, berilah 5% dari pendapatanmu untuk didonasikan.

Uang itu harus berputar, jangan membuat uang hanya berhenti di dirimu sendiri, berikanlah pada orang yang pernah membantumu. Jika kamu adalah bos, ingatlah keberhasilan hari ini merupakan buah dari kerjasama seluruh karyawanmu. Memberikan bonus pada mereka adalah hal yang seharusnya.

Dan amal terbesar adalah ketika kamu melakukan pekerjaan yang baik dengan rasa syukur. Amal besar lainnya adalah senyuman dan kesabaranmu terhadap orang yang menyakitimu. (Sumber:http://www.cerpen.co.id/post_140292.html)


Note: Silahkan SETUJU untuk TIDAK SETUJU atau
          Silahkan TIDAK SETUJU untuk SETUJU :)


"I believe that everyone should share responsibility to the communities where you live. The privileged should listen to the voice of disadvantaged, for a privileged person without mercy is an awful philistine"- Li Ka-Shing

Friday 24 March 2017

MBTI (Myrs Briggs Type Indicator) Test

Beberapa waktu lalu saya mengikuti salah satu test kepribadian yang terkenal MBTI (Myrs Briggs Type Indicator)  lewat media online internet atas saran rekan kerja saya. Test ini ternyata sudah sangat terkenal dan mendunia, serta mampu mendeskripsikan karakter manusia dengan lebih detail. Ulasan dan analisanya juga sangat lengkap. Pertama mengikuti test ini dan membaca hasilnya saya merasa biasa saja karna memang sebagian besar sangat menggambarkan saya. Untuk menguji keakuratan jawaban saya sendiri, jadilah saya mengikuti test ini 4 kali dalam rentang waktu yang agak lama yaitu setiap 2 bulan dari sumber yang berbeda. Hasil pertama menunjukkan kalau saya adalah tipe kepribadian INTJ. Sementara hasil test ke 2 sampai ke 4, hasilnya konsisten tipe INTP, jadi saya anggap kalau test pertama yang saya lakukan bersifat error.

Setelah saya melakukan test ke 4 tanggal 21 Maret 2017, iseng-iseng saya mencoba lebih mendalami segala informasi dari karakter INTP. Betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa populasi manusia dengan karakater INTP di seluruh dunia  hanya sekitar 3% alias sangat langka dan paling sedikit! Jika datanya diklasifikasikan dari segi gender hasilnya, pria INTP 2% dan wanita INTP 1%. Jadi kesimpulannya jika dibandingkan dengan semua jenis karakter manusia, wanita jenis INTP merupakan yang paling rendah jumlahnya dibandingkan karakter lain di planet bumi ini. Okeee..... sebelum saya membahas karakter INTP, saya akan mendeskripsikan test kepribadian ini dari website http://www.si-pedia.com/2014/04/pengertian-apa-itu-tes-kepribadian-mbti.html (Bisa sekalian mengikuti test MBTI pada site ini. Jika masih ada waktu silahkan disearch di google variasi test ini untuk lebih meyakinkan tipe karakter kamu.)

Test MBTI atau Myers Briggs Type Indicator, merupakan sebuah metode pengukuran berbentuk kuesioner yang digunakan untuk membaca kepribadian seseorang, khususnya untuk memahami bagaimana seseorang menilai sesuatu dan membuat keputusan, metode ini dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya Isabel Briggs Myers berdasarkan teori kepribadian yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya Psychological Types (1921M). Instrument tes yang mulai dikembangkan pada masa Perang Dunia Ke-II ini pertama dipublikasikan pada 1962M, dengan tujuan awal untuk membuat teori kepribadian C.G Jung ini dapat diaplikasikan dalam penggunaan praktis dan lebih mudah dimengerti, sehingga dapat membantu para pekerja untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok dengan diri mereka.
Berbagai tes kepribadian memang telah dikenal dan dikembangkan selama beratus-ratus tahun lamanya, meski demikian sampai hari ini belum ada teori maupun alat tes yang benar-benar memiliki keaakuratan seratus persen dalam mengidentifikasikan tipe kepribadian manusia, hal ini tentu tidak lepas dari keterbatasan kemampuan manusia untuk mampu memahami cara kerja otak sebagai sebuah ciptaan Sang Kuasa yang ia ciptakan dengan begitu unik, sehingga menjadikan nyaris tidak ada manusia yang benar-benar sama di muka bumi ini (atau mungkin benar-benar tidak ada).
Tes Kepribadian MBTI yang masuk kedalam jenis tes kepribadian Objektif ini meskipun telah menjadi Tes Kepribadian yang boleh dikatakan terpopuler untuk jenisnya, dan telah dikenal sebagai salah satu Tes Kepribadian terakurat namun tetap saja tidak akan mampu terlepas dari ketidaksempurnaan ciptaan manusia. Namun demikian setidaknya jika kita menggunakan prinsip hukum 20/80  dari Vilfredo Pareto, yang berarti “kita dapat menggunakan alat ukur yang hanya mengukur 20% saja namun mampu mewakili sebagian besar (80%) aspek yang diukur”, maka kita dapat memahami tentang hasil test ini bahwa paling tidak dapat memberikan gambaran dari Tipe Kepribadian audiensnya (meskipun bukan cerminan sempurna).

DIMENSI MBTI

Metode MBTI sendiri terbagi atas 4 dimensi utama yang bersifat dikotomi atau saling berlawan, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dengan mengetahuinya kita dapat memaksimalkan potensi kelebihan yang kita miliki, serta memninimalisir potensi kekurangan yang mungkin ada dalam diri kita. Meskipun bersifat dikotomi , kita akan tetap memiliki kedua bagian dari masing-masing dimensi yang terdapat dalam MBTI, dengan salah satunya akan lebih cenderung daripada yang lainnya.
Berikut ini adalah 4 Skala MBTI yang bersifat dikotomi:
  1. Extrovert (E) vs. Introvert (I): Orientasi Energi. Dimensi EI melihat bagaimana seseorang mendapatkan energi mereka, dan bagaimana mereka menyalurkan energi mereka. Apakah mereka mendapatkan energi lebih dominan dari Lingkungan luar, ataukah dari dalam diri mereka sendiri. Extrovert mengambil energi dari lingkungan luar diri mereka (orang lain), mereka menyukai dunia luar, interaksi sosial atau bergaul adalah cara terbaik bagi mereka untuk menemukan energi mereka, mereka akan merasakan hidup saat semakin banyak orang yang berada di sekeliling mereka. Mereka berorientasi pada action, mereka akan lebih memilih untuk bertindak terlebih dahulu, lalu setelahnya barulah merefleksi apa yang mereka lakukan. Pribadi extrovert dominan baik dalam hal berinetraksi dengan orang lain, serta hal-hal yang bersifat operasional.Sedangkan Introvert, yang hanya memiliki sedikit sekali populasi jika dibanding Extrovert yakni hanya sebesar sekitar 25% dari populasi dunia adalah mereka yang mengumpulkan energi dari dalam diri mereka, mereka akan lebih memilih untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan, barulah melakukan hal tersebut. Mereka cenderung lebih senang menyendiri, dan merenung, tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang, dan mereka cenderung menjadi pencetus ide yang baik. Umumnya mereka mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi dan focus.
    Sederhananya introvert – extrovert dapat dibedakan dengan cara berikut:
    • Extrovert berorientasi pada tindakan, sementara Introvert berorientasi pada Ide.
    • Ekstrovert mencari “luasnya” pengetahuan dan pengaruh, sementara introvert mencari “kedalaman” pengetahuan dan pengaruh.
    • Extrovert lebih mementingkan seringnya interaksi, sementara introvert lebih mencari “kedalaman” dalam interaksi.
    • Extrovert mengisi kembali, dan mendapatan energi mereka dengan menghabiskan waktu bersama orang lain. Sedangkan introvert mengisi dan mendapatkan energi mereka dengan menyendiri. Dan mereka menggunakan energi mereka dengan cara sebaliknya.
  2. Sensing (S) vs. Intuition (N): Cara Mengelola Informasi
    Dimensi Sensing-intuiting (SN) melihat bagaimana individu memahami dan menilai sebuah informasi baru yang mereka terima. Seorang sensing umumnya sangat realistis, memandang imajinasi sebagai hal yang dramatis, dan banyak menghabiskan waktu. Mereka menilai sesuatu berdasarkan fakta yang jelas, realistis, mereka melihat informasi dengan apa adanya. Mereka berpedoman pada pengalaman, dan biasanya hanya menggunakan metode-metode yang telah terbukti. Fokus pada masa kini, sehingga baik dalam perencanaan teknis dan detail yang bersifat aplikatif.Sementara seorang intuition akan memprses data dengan melihat pola, dan hubungan, biasanya memiliki pemikiran yang abstrak, konseptual, serta melihat berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Mereka imajinatif, dan memilih cara untuk dan berfokus pada masa depan, yakni pada apa yang mungkin bisa dicapai di masa depan. Seorang intuiting adalah sosok yang inovatif, penuh inspirasi, ide unik. Mereka baik dalam menyusun konsep, ide, dan visi jangka panjang.
  3. Thinking (T) vs. Feeling (F): Pengambilan Keputusan. Dimesi Thinking – Feeling (TF) adalah fungsi yang mengatur bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika, dan kekuatan analisa dalam mengambil keputusan. Mengambil keputusan dengan rasional berdasarkan informasi yang diperoleh fungsi penerima informasi (SN) mereka. Mereka cenderung konsisten, lugas, dan objektif, sehingga terkesan kaku, dan keras kepala.Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang mereka yakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
  4. Judging (J) vs. Perceiving (P): Orientasi Pada Struktur
    Dimensi keempat dari MBTI ini mendeskripsikan tingkat fleksibilitas seseorang, dan sering disebut sebagai orientasi seseorang pada Dunia Luar. Judgingadalah mereka yang memiliki gaya hidup yang terstruktur, dan mereka menentukan bagaimana mereka seharusnya hidup. Sedangkan Perceiving adalah mereka yang lebih fleksibel, dan lebih mudah untuk beradaptasi dengan gaya hidup yang ada disekeliling mereka.Judging (J) Akan merasa nyaman ketika hidupnya dipenuhi dengan sebanyak mungkin hal yang terkontrol, dan terencana! Suka dengan hal yang terorganisir, Judging tidak terkait dengan Judging (menghakimi) dalam arti negatif, sehingga seorang dominan Judging bukan berarti adalah sosok yang gemar menghakimi orang lain.
    Beberapa pernyataan tentang seorang Judging (J) dominan:
    • Lebih memutuskan memutuskan daripada mengikuti sebuah keputusan.
    • Sosok yang berorientasi pada Tugas.
    • Sering menyusun daftar tugas yang harus dilakukan.
    • Lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu daripada bersenang-senang.
    • Merencanakan pekerjaan, agar tak terburu-buru ketika telah mendekati deadline.
    • Terkadang ia memilik terlalu banyak fokus tujuan.

    Perceiving (P) 
    Seorang yang memiliki fungsi Perceiving dominan biasanya lebih memilih cara yang fleksibel, dan spontan dalam kehidupan mereka. Ia akan lebih suka untuk beradaptasi/menyesuaikan diri dengan dunia luar daripada mengatur/menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
    Pemilik Perceiving dominan bukan berarti selalu memiliki persepsi yang akurat dalam menilai seseorang atau kejadian, perceiving disini yang dimaksud adalah seseorang dengan Perceiving dominan akan “lebih memilih untuk menerima informasi”.
    Beberapa pernyataan tentang seorang Perceiving (P) dominan:
    • Bersifat terbuka dalam menanggapi apapun yang terjadi.
    • Biasanya bekerja denngan semangat yang meledak-ledak.
    • Deadline yang kian mendekat akan merangsang untuk bekerja lebih giat
    • Tidak suka dengan terlalu banyak rencana, dan selalu nampak bebas dan santai
    • Lebih menyukai pekerjaan sambil bersenang-senang.

MANFAAT DARI TES KEPRIBADIAN MBTI

Setelah memahami MBTI, dan berbagai dimensi yang digunakan dalam pengukuran tipe kepribadiannya, tentu kita akan bertanya-tanya bagaimana manfaat MBTI bagi kehidupan, dan dibawah ini adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari Instrumen Tes MBTI ini:
  1. Pengembangan Diri 
    Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength)diri kita sekaligus kelemahan 
    (Weakness) yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus mengembangkan kelebihan kita 
    sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif kita.
  2. Memahami Karakter Orang Lain Dengan Lebih Baik. 
    MBTI membantu memperbaiki hubungan dan cara pandangkita terhadap orang lain. Kita bisa 
    lebih memahami dan menerima perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan 
    berperilaku seperti cara kita berperilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.
  3. Bimbingan Konseling 
    MBTI sangat berguna di dunia pendidikan dan pengembangan karier. MBTI bisa digunakan 
    sebagai panduan untuk memilih jurusan kuliah sampaidengan profesi yang cocok dengan 
    kepribadian.

16 TIPE KEPRIBADIAN DALAM MBTI

MBTI membagi tipe-tipe kepribadian manusia kedalam 16 tipe kepribadian, dan dibawah ini adalah ke-16 tipe kepribadian tersebut:
  1. ENFJ (The Teacher / The Giver)
  2. ENFP (The Champion / The Inspirer) 
  3. ENTJ (The Commander / The Executive)
  4. ENTP (The Visionary / The Innovator) 
  5. ISFJ (The Protector / The Nurturer)
  6. ISFP (The Composer / The Artist) 
  7. ISTJ (The Inspector / The Duty Fulfiller)
  8. ISTP (The Craftsman / The Mechanic)
  9. ESFJ (The Provider / The Caregiver) 
  10. ESFP (The Performer / The Entertainer) 
  11. ESTJ (The Supervisor / The Overseer) 
  12. ESTP (The Dynamo / The Doer) 
  13. INFJ (The Councelor / The Protector) 
  14. INFP (The Healer / The Idealist) 
  15. INTJ (The Mastermind / The Scientist) 
  16. INTP (The Architect / The Thinker)
Hasil test saya adalah:

Saya 93.3% Introvert, 60% iNtuitive, 93.3% Thinking, dan 60% Perceiveing. So, bagaimana hasil analisa seorang INTP?


DIMENSI MBTI DALAM KEPRIBADIAN INTP

  • I – Introversion: cenderung tenang dan pendiam. Mereka umumnya lebih suka berinteraksi intensif hanya dengan beberapa teman dekat daripada dengan memilih dengan banyak orang, dan mereka mengeluarkan energi dalam situasi sosial, dan memperoleh energi saat menyendiri.
  • N – Intuition: cenderung lebih abstrak. Mereka fokus pada gambaran besar daripada detail, dan kemungkinan masa depan daripada realitas yang ada.
  • T – Thinking: cenderung lebih menilai berdasarkan kriteria obyektif daripada kriteria pribadi. Ketika membuat keputusan, mereka umumnya memberikan bobot yang lebih pada logika daripada pertimbangan sosial.
  • P – Perception: Cenderung menahan pendapat dan menunda keputusan, lebih memilih untuk “menjaga pilihan mereka tetap terbuka” sehingga dapat berubah sesuai kondisi.

CIRI-CIRI UMUM INTP

Para INTP umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Mencintai teori dan ide-ide abstrak.
  • Pencari Kebenaran – mereka ingin memahami segala sesuatu dengan menganalisis prinsip-prinsip dan struktur yang mendasarinya.
  • Menilai pengetahuan dan kompetensi di atas segalanya.
  • Memiliki standar yang sangat tinggi tentang kinerja, yang mereka terapkan untuk diri mereka sendiri.
  • Independen dan orisinil, mungkin eksentrik.
  • Bekerja sangat baik saat sendiri, dan menghargai nilai otonomi.
  • Tidak punya keinginan untuk memimpin atau mengikuti.
  • Tidak menyukai detail biasa.
  • Tidak terlalu tertarik pada aplikasi praktis dari pekerjaan mereka.
  • Kreatif dan berwawasan.
  • Berorientasi masa depan.
  • Biasanya brilian, dan berbakat.
  • Percaya bahwa wawasan dan pendapat mereka sendiri di atas orang lain
  • Kehidupan mereka utamanya di dalam pikiran mereka sendiri, dan mungkin tampak terlepas dan tidak terlibat dengan orang lain.

SARAN KARIR/PEKERJAAN


Akan kami sajikan beberapa daftar pekerjaan yang membutuhkan sifat-sifat seorang INTP, sehingga para INTP diharapkan akan memiliki kinerja yang baik jika bekerja pada bidang-bidang ini. Namun perlu diperhatikan, hal ini tidak menjadi batasan pekerjaan bagi para INTP, karena pada prinsipnya setiap orang dapat mengaplikasikan potensi dari kepribadian mereka pada banyak hal, yakni jika mereka memahami bagaimana memaksimalkan setiap kelebihan dan mengurangi dampak setiap kekurangan yang mereka miliki dalam meningkatkan kinerja!
Dan bagi anda yang sedang mencoba menemukan tempat terbaik anda dalam dunia kerja, serta saat ini masih belum menemukan pilihan terbaiknya, maka daftar bidang kerja ini sangat perlu menjadi pertimbangan anda. Dan tentu saja bagi para remaja yang ingin mempersiapkan rencana karier terbaiknya, maka kalian dapat memilih salah satu yang paling sesuai dan menarik minat, lalu mempersiapkan langkah terbaik untuk mencapai pekerjaan idaman anda.
Dibawah ini adalah beberapa karier yang disarankan bagi para INTP, ini bukan daftar secara keseluruhan jadi anda tetap dapat memilih berbagai pekerjaan lain yang sesuai dengan kemampuan dan kepribadian anda. Dan tentu saja ini hanya berupa saran yang tidak menjamin sepenuhnya bahwa memilih pekerjaan diantara apa yang kami sajikan akan membawa anda pada karier terbaik, karena terdapat berbagai faktor lain yang mungkin akan berpengaruh terhadap keberhasilan anda (seperti kerja keras, sikap real anda, keadaan tempat pekerjaan anda, dan yang lainnya)
  • Ahli Keilmuan – terutama Fisika dan Kimia
  • Fotografer
  • Perencana Strategi
  • Ahli Ilmu Pasti
  • Profesor
  • Programmer atau Sistem Analis
  • Penulis Teknis
  • Insinyur
  • Pengacara
  • Hakim
  • Penyidik Forensik
  • Ilmu Kehutanan atau Polisi Hutan

INTP RELATIONSHIPS

PASANGAN/PARTNER ALAMI 

Pada dasarnya dua individu dari jenis kepribadian apapun yang mengelola dengan baik hubungan mereka dapat menikmati hubungan yang sehat. Namun, mitra alami INTP adalah ENTJ, atau ESTJ. Para INTP yang dominan dengan fungsi Introverted Thinking (IT) paling cocok dengan tipe kepribadian yang di dominasi fungsi Extraverted Thinking (ET). Hanya saja ini bukan membatasi anda untuk berpartner atau mencari pasangan hanya terbatas pada tipe-tipe kepribadian tersebut, dan tidak menjamin bahwa seorang yang merupakan partner alami anda menurut teori MBTI ini selalu akan menjadi partner yang terbaik.

SARAN PENGEMBANGAN

  • Belajarlah membangun hubungan dengan orang lain. Belajar berempati, mendengar aktif, memberi perhatian dan bertukar pendapat.
  • Relaks. Jangan terlalu banyak berfikir. Nikmati hidup Anda tanpa harus bertanya mengapa dan bagaimana.
  • Cobalah menemukan satu ide, merencanakan dan mewujudkannya. Jangan terlalu sering berganti-ganti ide tetapi tidak satupun yang terwujud.

KATA KUNCI  :

  • Analitis
  • Pemecahan masalah pada tingkat sistem
  • Berpengetahuan teknis dan memiliki keahlian
  • Mudah beradaptasi
  • Desainer konseptual.

TOKOH-TOKOH TERKENAL BERTIPE KEPRIBADIAN INTP

  • Albert Einstein, scientist
  • Charles Darwin, naturalist
  • William James, psychologist and philosopher
  • Dwight D. Eisenhower, U.S. President
  • C. G. Jung, psychiatrist
  • Socrates, philosopher
  • Sir Isaac Newton, mathematician, physicist and astronomer
  • J.K. Rowling, author
  • Abraham Lincoln, U.S. President
Well, kalau dilhat dari hasil analisanya saya langsung meng-amini saja karna memang hampir 100% benar. Secara interaksi sosial saya memang sering ikut komunitas, tapi ya itu tadi hanya sebagai PIC dibelakang layar. Pada saat rapat akbar, saya hanya bicara bila saya rasa masih ada hal yang kurang atau pada saat bagian menyimpulkan. Pada saat kuliah, saya akan aktif bertanya apabila ada hal yang masih kurang jelas atau memastikan bahwa secara umum pendapat saya sebenarnya bisa diterima atau tidak. Bahkan sampai sekarang di dunia profesional untungnya saya bertanggungjawab pada bagian konsep dan strategi. Untuk bagian teknis, hampir semua dikerjakan oleh divisi lain jadi saya bisa fokus memikirkan jobdesc seorang diri dengan headset menempel ditelinga sepanjang hari. Dan satu hal yang paling penting, saya sangat membutuhkan 'me time'. Saya hanya butuh segelas kopi dan buku/fim/musik, kemudian saya akan mengurung diri hampir setiap weekend di dalam kamar. I feel in heaven directly.

Rasanya memang menarik mengikuti test kepribadian ini mengingat kita bisa ber-improvisasi akan kelemahan karakter kita. Sebenarnya masih banyak test kepribadian lain yang bisa diikuti, namun berdasarkan pengalaman test ini yang menurut saya yang paling lengkap dan detail (daripada membaca diri sendiri dari sisi zodiak, shio, atau test sanguin, koleris, plegmatic dan melankolic).

Selamat mencoba yaaaa.....!!!


"INTP are relatively rare type, making up 3% of the population. It can be an effort for INTPs to remain grounded and relate their thinking to the real world, and others can see them as distant and unemotional. But the pure rationality that an INTP brings is a powerful tool for unlocking problems when it's applied properly"




Friday 17 March 2017

My Favorite List Slow Rock Music

I just see my music collection that already classified, and this is it.... my favorite slow rock. Hope you enjoy it.... :)

1. Supermassive Black Holes by Muse (I fall for this song since the first I heard it)
2. Dear God by Avenged Sevenfold (My brother love them as well)
3. Forever and One by Helloween (Such a classic and strong rock)
4. Like a Stone by Audioslave (This song is so emotional)
5. Always by Bon Jovi (Ye...ye...ye... stuck for the same love)
6. In The End by Linkin Park (Rock with rap not so bad right?)
7. Hero by Nickelback (One of Spiderman movie soundtrack)
8. November Rain by Gun N' Roses (Rock legend song...)
9. Song For Someone by U2 (Well... another emotional song, and I adore Bono so much)
10. Cryin by Aerosmith (I like the way he's screaming)
11. 21 Guns by Greenday (Not too bad)
12. Creep by Radiohead (One of my favorite alternative rock)
13. Losing My Religion by REM (Oh my.... I just love this song to death!)
14. Californication by Red Hot Chili Peppers (luv this too...)
15. Animal Instinct by The Cranberries (This song is something rare, I promise you)
16. Santeria by Sublime (So crazy to this song)
17. I Will Survive by Cake (Beat featuring rock)
18. Last Kiss by Pearl Jam (Kind of sad rock melody)
19. One Last Breath by Creed (I love the guitar sound)
20. Here Without You by 3 Doors Down (Enjoy this....)
21. What's Up by 4 Non Blondes (Clamorous rock song)
22. The Man Who Can't be Moved by The Script (I appreciate much their song)
23. This is The Last Time by Keane (This band is so adorable)
24. Demons by Imagine Dragon (Modern rock music nowdays)
25. Free Bird by Lynyrd Skynyrd (I like them too)
26. Ordinary World by Duran Duran (So coool.....)
27. Pelangi by Boomerang (Musik dalam negri lhooo..)
28. Kirana by Dewa 19 (I love Dewa the original version)
29. Love Fool by The Cardigans (Another beat featuring rock)
30. Don't Speak by No Doubt (Because I love Gwen very much)
31. Bitter Sweet Symphony by The Verve (Symphony rock tune...)
32. Love of My Life by Queen (Mmmm...sad song actually)
33. Sometimes Love Just Ain't Enough by Patty Smith ft. Don Henley (Coool...)
34. Hotel California by Eagles (Always be my favorite)
35. The Scientist by Coldplay (I love you Coldplay!)
36. Iris by Goo Goo Dolls (Enjoy their lyric)
37. Tender by Blur (When orchestra meets rock)
38. Maria by Blondie (Because my middle name is "Maria")
39. Run by Collective Soul (I never get boring to hear this song!)
40. Fall For You by Secondhand Serenade (You will like this song)
41. More Than Words by Extreme (Remind me when I was at senior high school)
42. To Be With You by Mr. Big (I lke all member's long hair :D)
43. Let it Be by The Beatles (How you can not love them?)
44. Runaway Train by Soul Asylum (Mmm... another sad song)
45. Can't Cry Hard Enough by The Williams Brother (Speechless... cause this is soooo good!)

Note: The numbers are random.

INI KONSEP BAHAGIAKU , KAMU?

Dulu.... konsep BAHAGIA versi saya adalah:

Menyelesaikan pendidikan di sekolah sebaik mungkin, minimal peringkat 10 besar kelas. Bekerja sebagai karyawan di bank atau bekerja di luar negeri, punya rumah dan mobil sendiri, kemudian menikah dengan Kevin Scott Richardson (salah satu member boyband idola saya sejak 1996-sekarang, Backstreet Boys). Menguasai minimal 2 bahasa asing selain bahasa Inggris, melanjutkan studi minimal S2. Traveling keliling dunia..
Waaah.... banyak sekali sebenarnya, yang intinya, hal-hal tersebut fokus kepada materi dan diri saya sendiri. I could say that I work sooo hard to achieve all of that.

Kenyataannya...

Well, saya sempat bekerja di salah satu bank asing ternama di Jakarta tapi tidak di luar negeri. Saya belum punya rumah atau mobil. Selama ini saya menggunakan mobil karna fasilitas kantor. Saya pernah belajar bahasa Spanyol, Mandarin dan Jepang  yang nyatanya tidak bisa saya kuasai dengan baik sampai sekarang. Saya gagal menikah dengan Kevin karna dia menemukan wanita yang lebih menarik dari saya  (ya iyalah.... Kristin Willits gitu lho... dan saya masih di bawah umur). Rute keliling dunia yang saya rencanakan bahkan belum saya mulai... (walaupun sudah ada actionnya)

Dari saya SD-SMU luckyly proporsi juara 10 besar di kelas lebih banyak (saya pernah lho turun peringkat ke urutan 30 karna gejolak puber ;D) dan saya sangat beruntung bisa menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang yang saya cita-citakan. Saat ini saya bekerja di perusahaan yang menggaji saya dengan baik, energi yang saya keluarkan versus bayaran yang saya dapatkan bisa dikatakan seimbang. Minimal secara materi saya tercukupi karna memang pendapatan saya hanya untuk diri sendiri.
Well, so far look so good right? but the way I feel is so different my friend.
For everything I've got, none of them makes me happy... and it disturbed me seriously.

Konsep BAHAGIA saya sekarang... I learn how to let all go. Saya belajar untuk melepaskan APAPUN yang berada diluar kontrol saya.

Bagaimana caranya?

1. Materi berupa harta benda, uang, karir, relationship... semua itu hanyalah pelengkap kehidupan bukan merupakan kemelekatan hidup. And then I let it go...
2. Saya tidak akan pernah bisa membuat semua orang menyukai saya, maka saya hanya akan menjadi diri saya sendiri dan berhenti memikirkan pendapat orang lain tentang saya. And then I let it go...
3. Saya harus banyak berbagi, harus banyak menolong, harus banyak sharing dalam bentuk apapun. And then I let it go...
4. Saya berhenti memikirkan apa yang terbaik untuk saya. And then I let it go...
5. Saya lebih baik diam, atau paling parah masuk kamar dan menangis daripada mengeluarkan kata-kata "kebun binatang" ketika sudah di limit batas amarah saya. (Btw, sampai sekarang kalau saya sedang kesal saya masih agak susah untuk tidak mengeluarkan kata-kata seperti brengsek, kampret, shit, sialan, kurangajar). And then I let it go...
6. Saya mencoba lebih rasional daripada menghakimi. And then I let it go...
7. Jika ada hal yang mengganjal, saya akan bertanya secara langsung daripada ber-asumsi yang tidak jelas. Please stop over analyzing! And then I let it go...
8. Saya bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan saya, dan bukan tergantung orang lain. And then I let it go...
9. Saya akan tegas terhadap reaksi saya sendiri atas peristiwa apapun yang terjadi dalam hidup saya. Saya akan mengatakan iya kalau memang iya, tidak kalau memang tidak (and I never look back darling). And then I let it go...
10. Asking or questioning me for anything but I won't let someone/something to control, influence or force me. Just let me to be me. And then I let it go...

And you know what? I told all above to some of my mates and they directly called me 'the newest kind of stubborn and selfish person in the world'. It's okay then... at least I'm not kind of 'galau/ababil' or fickle.
I may become 'whatever they called me' but the most important thing is my concern of helping others, as it become my purpose of life. It shows how much I care.

Once more... And then I let it go.... ^______^

Note:
Manusia hanya bermasalah dengan dirinya sendiri, bila kita tidak punya waktu untuk masuk dan menengok apa yang di dalam, sampai kapanpun kita akan terombang ambing dengan menyibukkan pikiran agar masalah tersebut tertumpuk lalu terlupakan tanpa ada penyelesaian.

Memeluk kesedihan serupa dengan memeluk kesenangan adalah resep harian yang kami telan tiap hari. Kesenangan dan kesedihan adalah saudara kembar yang patut diperlakukan dengan sama, suka tidak digenggam, 'RASA DUKA YANG TIDAK DITOLAK ADALAH RAHASIA KEBAHAGIAAN YANG TIDAK POPULER' (I kindly very like this statement)-- Gobind Vashdev

Friday 10 March 2017

When You Help Others...Just Give It Away.

Oke.... sejujurnya saya menulis hal berikut ini karna saya sedang gloomy begitu membaca status FB dari seseorang yang selama ini sangat menginspirasi saya, ito Togu Simorangkir. Begini statusnya:

"Sepulang nutup lapak jualan Telur Bebek, jemput Nous Les Piano. Ketika di Jalan Tarutung, melihat seorang ibu duduk kelelahan membawa dagangannya. Tidak ada orang yang menghiraukannya.
Akupun berhenti dan membeli 9 bal abu gosok untuk cuci piring.
Setelah barang dagangan ibu itu ke Mobil, aku memberikan uang pembelian dan beberapa butir Telor Bebek. Beliau berjalan kaki sangat jauh untuk menawarkan dagangannya.
Sebelum beliau berlalu, kutanyalah boru apa.
"Boru Situmorang, ito." jawabnya.
Akupun menyalamnya untuk kali kedua dengan membungkuk.
Opungku Boru Situmorang. Yang menikah dengan Tuan Bangkok (U. Gultom)."


Ito saya ini adalah seorang aktivis sosial yang tidak akan pernah sungkan dalam menolong orang lain sekaligus mengajak orang lain turut berpartisipasi. Saya sempat 'adu argumen' dengan adik saya perempuan mengenai ito ini. Jadi begini ceritanyaaa...

Adik saya perempuan sebut saja namanya R mempunyai kakak kelas sewaktu sekolah dulu yang bekerja di Melbourne Australia sebagai chef di sebuah restaurant, sebut saja namanya Y. Y merupakan salah satu donatur dari ito Togu dalam mencari sumber dana untuk aksi kemanusiaan dan sosial yang dilakukannya. Jadi Y melakukan program satu kali dalam seminggu di restaurant tempat dia bekerja yaitu acara tor-tor adat batak toba untuk menggalang dana dari pelanggan restaurant. Setiap dana sudah terkumpul, maka Y akan transfer ke ito Togu. Beberapa waktu lalu, Y berhasil membuat video anak-anak Samosir yang secara ekonomi sangat miskin, dan meminta bantuan kepada Ellen DeGeneres. Ellen sendiri dikenal sebagai salah seorang pemerhati kemanusiaan. Y kemudian sharing video tersebut di media sosial. Isi videonya kira-kira begini

"Hai... Ellen how are you? We're children from Samosir Island Indonesia. We need a helping hand to support our education. We hope you can help us and we need books."

Nah, terkait video tersebut saya kemudian menelepon adik saya dan mengatakan bahwa saya sangat salut dengan kakak kelasnya si Y yang sangat effort untuk membantu anak-anak Samosir. Adik saya kemudian membantah dan mengatakan apa yang dilakukan Y tidak lebih dari 'mengemis' kepada orang lain. Walaupun judulnya Y membantu anak-anak tersebut, dengan membuat program di restaurant ditempat bekerja dan membuat video kepada selebritis dunia untuk meminta-minta bukanlah cara yang smart. Adik saya R dengan opininya sendiri merasa masih banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk membantu kaum marginal tanpa harus 'menjual' kisah penderitaan mereka.

Saya kemudian menimpali adik saya. Apa yang menjadi pendapat saya adalah 'niat dan aksi'. Ketika seseorang peduli dengan sesama yang kurang beruntung, bagi saya itu sudah merupakan hal yang luar biasa, apalagi kalau dia sudah punya niat dan melakukan aksi untuk mewujudkannya, saya hanya akan menjadi semakin menghormati mereka. Yang saya tahu ito Togu dan Y tidak memanfaatkan dana bantuan tersebut untuk memperkaya dan mempertebal kantong mereka. Mereka berdua adalah orang-orang yang sudah melalui perjuangan hidup yang berat sehingga mereka tahu rasanya ketika tidak memiliki 'sesuatu'. Ito togu sendiri menolak semua bentuk bantuan jika itu berasal dari perusahaan yang mempunyai masalah dengan lingkungan alam (dia pernah menolak bantuan dari beberapa perusahaan besar yang tersandung kasus pencemaran lingkungan, padahal nominalnya lumayan besar atau dari para pejabat dengan tujuan politis agar tidak dijadikan ajang aji mumpung oleh pihak-pihak lain untuk mencari nama. Ito Togu ini sangat keras kepala dan orang yang paling punya prinsip. Perkataan dan perbuatannya sangat konsisten. Hal ini membuat dia menjadi salah seorang yang sangat special dan menginspirasi saya. 

Pada saat saya bertanya kepada adik saya R apa yang sebaiknya dilakukan jika ada niat  untuk membantu kaum marginal? dia menjawab, bahwa sebaiknya jika ada niat untuk menolong orang lain maka tidak perlu meminta-minta kepada yang lain. Tolonglah dengan kemampuan dan kekuatan sendiri. Sampai disini, entah kenapa saya masih tidak setuju dengan adik saya, dia bahkan membuat statement jika dia mau membantu orang lain, dia tidak akan meminta-minta kepada orang lain juga.

Beberapa tahun kemudian...

Tahun lalu, adik saya R memutuskan untuk menjadi sukarelawan dan meninggalkan bisnisnya untuk sementara di Bandung dan berangkat ke Papua pedalaman selama 6 bulan untuk mengajar bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar. Namun ternyata Tuhan mengijinkan adik saya untuk melihat lebih banyak lagi. Wilayah Papua tempat adik saya mengajar sangat....sangat....sangat.... miskin. Disana anak-anak jarang pakai baju dan tinggal dipedalaman hutan. Mereka juga jarang mandi dan tempat tinggalnya hanya gubuk kecil yang sederhana. Sumber air juga sangat minim dan jarang bisa didapati. Selain itu mereka juga rata-rata kekurangan gizi dan banyak anak yang menderita busung lapar. Adik saya langsung mengalami 'shock mental' yang luar biasa dan menangis hampir setiap hari selama 2 minggu pertama bertugas disana. Dia ingin memberi lebih tapi dia tidak mampu, tapi dia juga tidak bisa berhenti memikirkan kekurangan anak-anak Papua tersebut. Adik saya hanya berpikir "I have to do something for them!". Dia kemudian mengirim foto-foto anak-anak Papua tersebut kepada orang tua kami agar dapat membantu mereka secara finansial. Mungkin karna gengsi dengan kata-katanya dulu, adik saya ini malahan tidak menghubungi saya. 

Beberapa waktu kemudian ketika saya menelepon orangtua saya, mereka kemudian menceritakan kisah R di Papua. Tanpa menunggu waktu lama, saya kemudian menelepon R dan menanyakan apa yang bisa saya bantu dari Jakarta untuk men-support aksi kemanusiaan yang dilakukannya disana. Mungkin karna malu dia hanya menjawab 'Kalau kakak mau membantu, harus benar-benar ikhlas ya kak. Soalnya aku sebenarnya agak malu sharing foto-foto anak-anak ini dan seakan-akan mengemis kepada orang lain untuk membantu mereka. Tapi aku merasa lebih malu lagi kalau tidak melakukan sesuatu sementara aku tau ada orang-orang diluar sana yang bisa membantu mereka'. Saya kemudian menjawab bahwa hanya orang tolol yang menghakimi sesamanya ketika akan membantu orang lain. At least, adik saya sudah merasakan apa yang dirasakan oleh ito Togu dan Y saat mereka ingin melakukan sesuatu untuk sosial.

Well, satu hal yang saya sadari ketika kita mengajak orang lain untuk terlibat aksi sosialturut membantu, itu bukan hal yang memalukan ataupun mengemis. Dan bagi orang yang ingin menolong mereka, tolong sajalah... tidak usah berasumsi yang aneh-aneh. Tidak perlu menunggu untuk diberi ucapan terima kasih atau meminta report pertanggung jawaban (kecuali aksi sosial ini dilakukan oleh perusahaan yang biasanya merupakan program CSR). Jika memang merasa curiga kalau-kalau itu penipuan, ya sudah tidak usah dibantu tapi jangan pernah membuat isu atau gosip diluar sana. Just help and then give it away. Sekarang juga sudah banyak kok wadah resmi dan terpercaya untuk melakukan aksi sosial (contoh di kitabisa.com). 

Satu hal yang saya ingin sampaikan, I do really proud of my sister!!! I respect her for what she had done at Papua. Saya sangat bersyukur dia tidak sakit disana, dan bahkan bisa menolong orang banyak. Kami pernah melakukan video call dan saya bicara dengan anak laki-laki Papua berusia 3 tahun (dia ditinggal mati ibunya saat melahirkan dia, dan ditinggal mati juga oleh bapaknya yang tewas dibunuh oleh hewan buas di hutan) bernama Sadrakh. Sadrakh kemudian dirawat oleh para tetangganya dan mengalami penyakit kulit dan kekurangan gizi. Di video call itu adik saya mengajak dia bernyanyi untuk saya. Wow.... jangan ditanya bagaimana perasaan saya...campur aduklah....

So guys, just do what you do to help others and please do not judge for someone who does it. If you feel like hesitate to help, then forget about it but keep your mouth silent. No more judgement!


Sadrakh and My Sister R ^___^


My Sister: Sadrakh! ai lop yuuu..
S: lop yu tuuuu (bisa dong dia bales cuma diajarin 2 kali doang)
My Sister: ayo kita menyanyi! Sadrakh mo menyanyi apakah?
S: Allah itu baik.. Allah itu baikkk..🎵🎶 (Sadrakh pun langsung menyanyi sambil goyang2 dan muncrat sana sini ðŸ˜‚)
#MissingSadrakhSoBad
#SadrakhSmartBoy
(Source: My sister FB account)


Monday 6 March 2017

Why Generation Y is unhappy

Saya sudah membuat artikel tentang generasi Y bebarapa bulan yang lalu. Dan sekarang saya mendapatkan artikel yang menarik tentang mengapa generasi Y seems not too enjoy their life and looks unhappy. Yes... including me. Saya merasa seperti sudah mendapatkan apa yang saya inginkan dan saya cita-citakan namun tampaknya tidak membuat bahagia. Secara spiritual, masalah ini sudah dapat saya selesaikan tahap demi tahap dalam waktu yang tidak cepat tentunya. Thanks to Gobind Vashdev, since his book makes everything seems rational to me and it became a perfect complement aspect.

Namun secara analisa pksikologi, artikel dibawah adalah sumber yang tak terbantahkan dengan apa yang terjadi dengan generasi sekarang. Setelah membaca artikel tersebut, sejujurnya saya semakin khawatir dengan kehidupan generasi dimasa yang akan datang. If this present generation couldn't analyze what is going on about life nowdays, please think twice about marriage and having children. You will defenitely ruin your future children. The way you raise them, will abosolutely affect their mind and way to live. Seeking material things, building an established career or financially independent no longer priority. They (next generation) should give more...much... "attention" for social environment. That's the most important and matter!

Artikel dibawah saya dapatkan dari seorang teman yang mengupdate statusnya dengan tulisan dari brightside.me and this can not be wrong. Sebelumnya, kembali saya tuliskan pengertian dan urutan generasi-generasi yang ada:

Generasi terbaru adalah Generasi Alpha (Lahir tahun 2011-2025)

Generasi ini merupakan generasi ter-smart dan terpelajar  di sepanjang sejarah peradaban manusia. Mereka diprediksi akan mendapatkan banyak kemudahan ketika muda, karena pada masa itu generasi tua di muka bumi akan mencapai masa puncaknya dan kesempatan yang ada pada mereka akan lebih luas dan besar namun akan bersifat pasif terhadap lingkungan sosial.

Dan berikut adalah lampiran artikel dari brightside.me:


Lucy is part of Generation Y, the generation born between the late 1970s and the mid 1990s. She’s also part of a yuppie culture that makes up a large portion of Gen Y.
I have a term for yuppies in the Gen Y age group—I call them Gen Y Protagonists & Special Yuppies, or GYPSYs. A GYPSY is a unique brand of yuppie, one who thinks they are the main character of a very special story.
So Lucy’s enjoying her GYPSY life, and she’s very pleased to be Lucy. Only issue is this one thing:
Lucy’s kind of unhappy.
To get to the bottom of why, we need to define what makes someone happy or unhappy in the first place. It comes down to a simple formula:
To provide some context, let’s start by bringing Lucy’s parents into the discussion:
Lucy’s parents were born in the 50s—they’re Baby Boomers. They were raised by Lucy’s grandparents, members of the G.I. Generation, or "the Greatest Generation," who grew up during the Great Depression and fought in World War II, and were most definitely not GYPSYs.
Lucy’s Depression Era grandparents were obsessed with economic security and raised her parents to build practical, secure careers. They wanted her parents’ careers to have greener grass than their own, and Lucy’s parents were brought up to envision a prosperous and stable career for themselves. Something like this:
They were taught that there was nothing stopping them from getting to that lush, green lawn of a career, but that they’d need to put in years of hard work to make it happen.
After graduating from being insufferable hippies, Lucy’s parents embarked on their careers. As the 70s, 80s, and 90s rolled along, the world entered a time of unprecedented economic prosperity. Lucy’s parents did even better than they expected to. This left them feeling gratified and optimistic.
With a smoother, more positive life experience than that of their own parents, Lucy’s parents raised Lucy with a sense of optimism and unbounded possibility. And they weren’t alone. Baby Boomers all around the country and world told their Gen Y kids that they could be whatever they wanted to be, instilling the special protagonist identity deep within their psyches.
This left GYPSYs feeling tremendously hopeful about their careers, to the point where their parents’ goals of a green lawn of secure prosperity didn’t really do it for them. A GYPSY-worthy lawn has flowers.
This leads to our first fact about GYPSYs:
GYPSYs Are Wildly Ambitious
The GYPSY needs a lot more from a career than a nice green lawn of prosperity and security. The fact is, a green lawn isn’t quite exceptional or unique enough for a GYPSY. Where the Baby Boomers wanted to live The American Dream, GYPSYs want to live Their Own Personal Dream.
Cal Newport points out that “follow your passion“ is a catchphrase that has only gotten going in the last 20 years, according to Google’s Ngram viewer, a tool that shows how prominently a given phrase appears in English print over any period of time. The same Ngram viewer shows that the phrase ”a secure career" has gone out of style, just as the phrase “a fulfilling career” has gotten hot.
To be clear, GYPSYs want economic prosperity just like their parents did—they just also want to be fulfilled by their career in a way their parents didn’t think about as much.
But something else is happening too. While the career goals of Gen Y as a whole have become much more particular and ambitious, Lucy has been given a second message throughout her childhood as well:
This would probably be a good time to bring in our second fact about GYPSYs:
GYPSYs Are Delusional
“Sure,“ Lucy has been taught, ”everyone will go and get themselves some fulfilling career, but I am unusually wonderful and as such, my career and life path will stand out amongst the crowd." So on top of the generation as a whole having the bold goal of a flowery career lawn, each individual GYPSY thinks that he or she is destined for something even better—
A shiny unicorn on top of the flowery lawn.
So why is this delusional? Because this is what all GYPSYs think, which defies the definition of special:
SPECIAL: better, greater, or otherwise different from what is usual.
According to this definition, most people are not special—otherwise "special" wouldn’t mean anything.
Even right now, the GYPSYs reading this are thinking, "Good point...but I actually am one of the few special ones"—and this is the problem.
A second GYPSY delusion comes into play once the GYPSY enters the job market. While Lucy’s parents’ expectation was that many years of hard work would eventually lead to a great career, Lucy considers a great career an obvious given for someone as exceptional as she, and for her it’s just a matter of time and choosing which way to go. Her pre-workforce expectations look something like this:
Unfortunately, the funny thing about the world is that it turns out to not be that easy of a place, and the weird thing about careers is that they’re actually quite hard. Great careers take years of blood, sweat and tears to build—even the ones with no flowers or unicorns on them—and even the most successful people are rarely doing anything that great in their early or mid-20s.
But GYPSYs aren’t about to just accept that.
Paul Harvey, a University of New Hampshire professor and GYPSY expert, has researched this, finding that Gen Y has “unrealistic expectations and a strong resistance toward accepting negative feedback,“ and ”an inflated view of oneself." He says that “a great source of frustration for people with a strong sense of entitlement is unmet expectations. They often feel entitled to a level of respect and rewards that aren’t in line with their actual ability and effort levels, and so they might not get the level of respect and rewards they are expecting.”
For those hiring members of Gen Y, Harvey suggests asking the interview question, “Do you feel you are generally superior to your coworkers/classmates/etc., and if so, why?“ He says that ”if the candidate answers yes to the first part but struggles with the ‘why,’ there may be an entitlement issue. This is because entitlement perceptions are often based on an unfounded sense of superiority and deservingness. They’ve been led to believe, perhaps through overzealous self-esteem building exercises in their youth, that they are somehow special but often lack any real justification for this belief."
And since the real world has the nerve to consider merit a factor, a few years out of college Lucy finds herself here:
Lucy’s extreme ambition, coupled with the arrogance that comes along with being a bit deluded about one’s own self-worth, has left her with huge expectations for even the early years out of college. And her reality pales in comparison to those expectations, leaving her "reality — expectations" happy score coming out at a negative.
And it gets even worse. On top of all this, GYPSYs have an extra problem that applies to their whole generation:
GYPSYs Are Taunted.
Sure, some people from Lucy’s parents’ high school or college classes ended up more successful than her parents did. And while they may have heard about some of it from time to time through the grapevine, for the most part they didn’t really know what was going on in too many other peoples’ careers.
Lucy, on the other hand, finds herself constantly taunted by a modern phenomenon: Facebook Image Crafting.
Social media creates a world for Lucy where A) what everyone else is doing is very out in the open, B) most people present an inflated version of their own existence, and C) the people who chime in the most about their careers are usually those whose careers (or relationships) are going the best, while struggling people tend not to broadcast their situation. This leaves Lucy feeling, incorrectly, like everyone else is doing really well, only adding to her misery:
So that’s why Lucy is unhappy, or at the least, feeling a bit frustrated and inadequate. In fact, she’s probably started off her career perfectly well, but to her, it feels very disappointing.
Here’s my advice for Lucy:
  1. Stay wildly ambitious. The current world is bubbling with opportunity for an ambitious person to find flowery, fulfilling success. The specific direction may be unclear, but it’ll work itself out—just dive in somewhere.
  2. Stop thinking that you’re special. The fact is, right now, you’re not special. You’re another completely inexperienced young person who doesn’t have all that much to offer yet. You can become special by working really hard for a long time.
  3. Ignore everyone else. Other people’s grass seeming greener is no new concept, but in today’s image crafting world, other people’s grass looks like a glorious meadow. The truth is that everyone else is just as indecisive, self-doubting, and frustrated as you are, and if you just do your thing, you’ll never have any reason to envy others. (https://brightside.me/article/why-generation-y-is-unhappy-11105/) 
Well, seems so interesting right? ini merupakan ilmu baru dan wajib untuk ditehaui bersama untuk menghindari tuntutan orang tua terhadap anak-anaknya yang rasanya sangat dipaksakan (apalagi dengan kata-kata "dulu waktu mama/papa masih kecil sudah seperti ini.. atau itu.... "atau kalimat lainnya 'Kamu harus jadi pejabat seperti papa..'.
Tidak dapat dipungkiri jika orangtua terlalu banyak menuntut tanpa ingin mengetahui apa yang menjadi talenta anak-anaknya dan sama sekali tidak memperhitungkan bahwa setiap era pasti mengalami perubahan lingkungan. That's why for all of you parents out there, you should notice and learn too or you will create new Lucy version! Just teach them with rational comparisons, please.