Tuesday 27 December 2016

Ceileeee.... PMKRI Melaporkan Habib Rizieq niyee....

Senin 26 Desember 2016 kemarin saya sudah mendapatkan informasi ini dari teman-teman aktivis di PMKRI. Sebagai alumni organisasi ini saya sempat kaget juga. Pada tanggal 10 Desember 2016 sebelumnya, kebetulan saya dan teman-teman alumni sedang melakukan reuni kecil-kecilan dan sedikit banyak membahas perkembangan politik di Indonesia saat ini. Topiknya tentu saja masih seputaran kasus Ahok dan intoleransi beragama. Waktu itu, saya pribadi memang menyampaikan opini mengenai kita, kami sebagai umat Katholik yang termasuk golongan minoritas sudah terlalu lama berada di zona nyaman. Saya banyak mengomentari wadah KWI (Organisasi yang paling tinggi untuk umat Katholik) yang seakan-akan impoten dalam menghadapi isu ini (contoh kasus izin Gereja Katolik Santa Anna di Bekasi yang ditentang oleh ormas tertentu padahal secara hukum dan administratif pihak gereja mengikuti aturan. Perlu diketahui kalau ada pendirian Gereja Katolik yang tidak mampu mengikuti persyaratan administratif negara, saya juga akan masa bodoh kalau pada akhirnya di demo. Lha... memang salah sih! siapa suruh tidak ikut aturan, Indonesia masih negara hukum saudaraku). KWI yang saya rasa tidak mampu memfungsikan peranannya, melindungi kebebasan beribadah umatnya dibawah payung hukum negara seharusnya bertindak. Seharusnya KWI mulai beraksi membuat pendekatan ke semua struktur organisasi agama lain di Indonesia untuk meningkatkan dan mengembalikan toleransi beragama di Indonesia. Bukan dengan cara demo di sana-sini, teriak dijalanan dan kegiatan aneh lainnya itu atau hanya diam bertelor sekalian berdoa digereja. Hedeeeeeuh.....

Sejak PMKRI resmi menggugat secara hukum Habib Rizieq, apakah saya sebagai bagaian dari komuntas ini setuju? Jujur, saya sebenarnya bangga PMKRI secara nasional akhirnya mampu mengambil sikap, namun sayangnya bukan sikap yang seperti ini yang secara personal saya harapkan. Sudah lama saya kecewa dan muak dengan perilaku senior-senior saya yang mengikuti pola berpolitik dengan PMKRI sebagai batu loncatan untuk akhirnya bersikap sama bejatnya dengan para koruptor. Belum lagi masalah internal PMKRI yang kusut bertahun-tahun membuat organisasi ini menjadi sedikit idiot. Eh... tau-tau sudah menjadi begini... Sudah beberapa hari terakhir group WA alumni PMKRI khusus Cabang Pekanbaru tang...tung...tang...tung....menunjukkan notifikasi. Mantan Ketua saya tadi malam sempat share informasi kalau di sekretariat PMKRI Pusat di Menteng Jakarta sekarang ramai tenan... para penetua PMKRI datang... dan dilakukanlah rapat akbar yang entah nanti berefek positif atau sebaliknya. Si bapak mantan Ketua saya ini mengatakan kalau PMKRI tidak seharusnya melakukan tindakan hukum, langkah ini terlalu jauh. Belum lagi ada informasi yang mengatakan kalau dari pihak lawan akan melakukan pelaporan balik terhadap PMKRI. Yaaak... mari kita berlomba-lomba saling melaporkan sampai akhir hayat. Well, nasi sudah jadi bubur, PMKRI sebagai wadah yang juga berkaitan dengan KWI pada akhirnya sudah menentukan sikap. Saya sih tinggal menunggu pengurus PMKRI dipanggil oleh Keuskupan Agung Jakarta atau KWI kalau peristiwa ini nanti akhirnyanya naik level tingkat 'panas'nya. Itupun kalau mereka masih peduli, atau malah jangan-jangan masih tetap bersikap cuek seperti bebek. Kalau sudah begini tinggal cari kambing hitam. Seperti yang sudah-sudah drama barupun dimulai di lingkungan internal hanya gara-gara pihak yang seharusnya dari dulu  bertindak, malah keasyikan berdoa didalam kamar. Pucing deh kepala barbie... Ingat ya, orang baik itu beda tipis dengan orang bodoh, atau orang hemat beda tipis dengan orang pelit.  Sama halnya dengan orang yang mengaku toleran beragama beda tipis dengan sikap abu-abu, tidak hitam tidak pula putih alias plin plan menyikapi imannya.

Saya masih ingat dengan semboyan organisasi tercinta ini "Religio Omnium Scientiarum Anima" yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan, yang kalau tidak dimaknai dengan sangat hati-hati bisa menjadi pedang bermata dua. Pilihannya hanya ada dua, kalau tidak menjadi manusia yang dengan dasar agama menjadi pemikir bersumbu pendek atau menjadi manusia yang sangat toleransi namun didalam dirinya tahu dengan pasti bahwa hubungan dengan Tuhan yang dibungkus dengan kata 'Agama' memiliki tanggung jawab yang lebih besar.




Well. untuk saudara/i ku di PMKRI, hanya mau berpesan saja kepada anda mengenai firman Tuhan kita berikut (pasti sudah tidak asing lagi to? kitakan sering bercuap-cuap dengan kata-kata ini):

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ketengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" Matius 10:16.

Intinya 'berhikmat'lah dalam bersikap! Kita masih hidup disekitar serigala-serigala haus darah lho... Yuuk, kita seperti ular yang cerdik dan sekali-kali ganti kulit biar sedikit lebih cakep, dan belajar dari merpati yang setia dan tulus. My smile for you yak, Pro Eclesia et Patria!!!

No comments:

Post a Comment