Thursday 24 November 2016

Mahasiswa dan Organisasi

Thursday, 8 September 2016


Mahasiswa dan Organisasi

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR --Universitas Bosowa (Unibos) menyambut 1.078 mahasiswa baru tahun akademik 2016/2017 di Balai Sidang 45 Unibos Jl Urip Sumoharjo Makassar, Senin (5/9/2016).
Unibos menghadirkan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Prof Anies Baswedan PhD untuk membawakan Orasi Ilmiah.
Di hadapan mahasiswa baru Unibos, Anies Baswedanmengatakan mahasiswa harus berpikir apa yang menjadi kebutuhan di masa yang akan datang bukan apa kebutuhan hari ini dan kebutuhan masa lalu.
Untuk sukses di masa depan ada tiga hal yang harus dimunculkan yaitu kemampuan literasi mencakup kemapuan membaca, menulis serta penguasaan pengetahuan dasar dan IT.
Kedua adalah karkter yang mencakup moral, disiplin, jujur dan pekerja kesar dan yang terakhir adalah kompetensi yang mencakup berpikir kritis, inovasi, kepemimpinan dan kreativitas.
Untuk memahami tiga kompetensi tersebut mahasiswa harus aktif di kelas dan di luar kelas dengan berorganisasi ataupun bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Anies Baswedan menjelaskan bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi akan sangat sibuk dan kesulitan mengatur waktunya dibandingkan dengan yang tidak aktif berorganisasi.
"Mahasiswa aktif berorganisasi akan belajar untuk menjalankan banyak peran dan itulah dunia pascakuliah menuntut kita untuk menjalankan banyak peran," kata Anies Baswedan.
Sehingga, Anies Baswedan meminta mahasiswa aktif berorganisasi agar potensi yang dimiliki bisa dimaksimalkan selama berstatus mahasiswa.
Anies Baswedan, juga menegaskan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi tidak mengantarkan seseorang ke jenjang karir tertinggi karena IPK tinggi hanya mengantarkan pada meja wawancara.
Sedangkan yang mengantarkan kesuksesan setelah wawancara adalah kemampuan berpikir kritis, analisa, kreativitas dan inovasi serta kepemimpinan yang didapatkan saat menjalankan peran di organisasi kampus.
"IPK yang tinggi itu hanya mengantarkan sampai meja wawancara namun sukses pascawawancara ditentukan oleh pengalaman organisasi dimana kita menjalankan banyak peran dan relasi," papar Anies Baswedan.
Sementara IPK yang baik bukanlah IPK 4.00 atau 3.90 melainkan IPK yang memenuhi syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan memenuhi syarat penerima beasiswa.
"Jangan jadikan prinsip mahasiswa hanya kuliah dengan IPK tinggi karena jalan hidup tidak hanya memainkan satu peran tapi banyak peran," tegas Anies Baswedan. (*)

Saat membaca berita online di internet, pernyataan mantan Mentri Pendidikan Indonesia diatas membuat saya terkenang akan masa-masa saya sangat aktif berorganisasi. Sejujurnya apa yang dikatakan oleh Pak Anies itu sangatlah benar. Saya berani mengatakannya karna saya mengalaminya sendiri. Bukan pada point suksesnya, tapi lebih pada bagaimana kehidupan berorganisasi benar-benar mengubah karakter saya, pola pikir, perilaku saya terhadap lingkungan, kehidupan spritual, intelektualitas dan bagaimana cara saya menganalisa semua peristiwa disekitar.

Well, sebenarnya saya bukan tipe anak yang aktif secara personal. Awalnya saya ikut organsasi hanya karna ikut-ikutan. Kebetulan saya bersahabat dengan seorang teman yang sama pemalunya dengan saya, bedanya dia lebih semangat dan optimis. Karna saya sadar kalau saya bukan tipe orang yang terlalu ramah dan mudah akrab dengan orang lain, maka saya ikut saja ketika diajak bergabung.

Pada masa SMU, saya mengikuti 2 organisasi, Satu organisasi internal sekolah dan satu lagi organisasi kepemudaan ektrnal di kota saya tinggal. Disekolah saya bergabung dengan organisasi REPALA (Remaja Pecinta Alam). Bagi yang familiar dengan organisasi sekolah ini pasti taulah kalau aktivitasnya kebanyakan  seputar lingkungan alam. Kegiatan yang paling sering kami lakukan adalah mendaki gunung dan lintas alam.
Sementara organisasi eksternal yang saya ikuti adalah GEMPANA (Gerakan Pemuda Anti Narkoba) kotamadya Pematangsiantar. Kegiatannya seputar seminar dan olahraga untuk remaja, yang bertujuan menyampaikan pesan dampak bahaya dari narkoba. Pada saat naik ke kelas 3 SMU saya sempat non-aktif di kedua organisasi tersebut, supaya saya bisa fokus les dan belajar. Saya les sana-sini dengan tujuan 'HARUS' lulus SPMB ke universitas negri (Masalahnya waktu itu bapak saya membuat ancaman kalau beliau tidak akan menguliahkan saya kalau tidak lolos masuk universitas negri... walaupun sebenarnya saya tau itu hanya ancaman tong kosong saja), jadi untuk sementara semua kegiatan organisasi saya skip dulu...
Hidup berorganisasi masa SMU mah gampang cuiiin.... tidak ada masalah bagi saya membagi waktu antara belajar, les dan organisasi. Pada waktu itu semua lancar jaya... Yaaaa jelas saja lancar jaya lha wong saya cuman berperan sebagai anggota hehehehehe... hanya dapat peran sebagai 'pemandu sorak'. Jadi kalau ada kegiatan, saya berperan sebagai suporter alias tukang ribut saja... hehehehehe...

Namun berbeda ketika saya berorganisasi pada waktu kuliah. 

"Mahasiswa yang aktif berorganisasi akan sangat sibuk dan kesulitan mengatur waktunya dibandingkan dengan yang tidak aktif berorganisasi.
Mahasiswa aktif berorganisasi akan belajar untuk menjalankan banyak peran dan itulah dunia pascakuliah menuntut kita untuk menjalankan banyak peran" 

Kata-kata bapak Anies Baswedan diatas saya rasakan betul. Kesulitan mengatur waktu membuat kuliah saya keteteran, nilai IPK saya berfluktuatif, kadang tinggi kadang terjun bebas, skripsi mati suri, telat wisuda.... Pada saat itu saya benar-benar belajar management stress, waktu, keuangan, pikiran, emosi, dan semuanya... Pada masa inilah saya akhirnya berkenalan dengan the most popular disease: migrain dan maag. Oia... tidak lupa saya informasikan juga kalau multivitamin 'tetap' saya pada masa itu adalah Poldanmig dan Mylanta! Luar biasaaaa......

Tempat karir organisasi saya semasa kuliah adalah PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) Cabang Pekanbaru Riau. Saya bergabung di akhir tahun 2002. Baru menjadi anggota, saya sudah diberi tanggung jawab sebagai sekretaris buletin organisasi. Konsep buletinnya seperti majalah Intisari atau Reader's Digest. Isinya harus ringkas, efektif dan menggugah. Rencana kerja tim redaksi buletin adalah menerbitkan 3 buletin dalam 1 tahun. Yeeeee.... kecil donk... sedikitlah kalau hanya menerbitkan 3 buletin dalam waktu setahun... Awalnya juga saya berpikir seperti itu, namun setelah dijalani, saya benar-benar mabok... Yang namanya mahasiswa semester awal harus mengambil 24 SKS, plus beberapa matakuliah bisa dibagi menjadi dua kategori. Yang pertama kuliah teori di kelas, yang kedua praktikum di laboratorium. Otomatis tugas-tugasnya jadi double. Contoh: mata kuliah dasar-dasar ilmu tanah (4 SKS), 2 SKS belajar dikelas 2 SKS lagi praktikum. Semua proses kuliah harus saya jalani sekaligus rapat tim buletin, mencari berita, mewawancarai narasumber, design buletin de el el.... de el el..... At the end kami hanya mampu menerbitkan 2 buletin. Pada saat akhir periode, evaluasinya buruk sekali. Tim kami dikritik habis-habisan oleh para tetua senior perhimpunan yang tampangnya seram semua... Belum lagi nilai IPK kumulatif saya selama 2 semester hanya 2.5 Nangis bombaylah waktu itu... buletin dan nilai kuliah sama kacaunya...

Masuk tahun ke 2 berorganisasi, saya ditunjuk menjadi biro kerohanian yang tugasnya sebenarnya cincaylah... at least 1 kali sebulan mengadakan kebaktian dan doa Rosario. Tapi karna tugasnya yang gampang saya jadinya sering dimasukkan menjadi panitia inti untuk kegiatan organisasi lain. Sembari saya mengemban biro kerohanian saya juga bisa sekalian menjadi bendahara atau seksi acara kegiatan Seminar Nasional.... Overload lagi.... kuliah keteteran lagi.... nilai juga gak naik-naik.... Saat itu statusnya nangis bombay kuadrat. Nah, diakhir periode kena lagi menjadi sasaran tetua organisasi karna tugas yang saya jalankan tidak sesuai ekspektasi. Kali ini saya tidak mau diam, walaupun saya takut tapi saya lawan mereka! Saya merasa sudah usaha dan yang dilihat hanya bagian yang kurangnya saja.... Kebetulan tetua-tetua perhimpunan yaitu senior saya itu kebanyakan laki-laki, bertampang mahasiswa abadi semua.... model aktivis yang jarang mandi, gondrong, merokok dan songong walaupun saya akui mereka pintar-pintar semua. Persetan dengan mereka! Tapi ternyata itu hanya drama untuk menantang anggota organisasi. Saya mengetahui hal itu dari mereka sendiri saat bertandang ke kostan saya. Jadi ceritanya karna saya melawan, akhirnya mereka baikin saya dengan bertamu. Sejak itu hubungan saya sebagai junior dengan tetua senior mencair.

Tahun ke 3, saya ditunjuk menjadi Bendahara organisasi, yang ini berarti saya menjadi pengurus inti. Lingkup kerja saya lebih luas, area kerja makin lebar. Tadinya saya menolak dengan alasan ingin fokus kuliah (nilai kuliah saya masih hancur). Akhirnya Ketua organisasi (yup... tetua senior perhimpunan) mengajak saya adu argumen kalau alasannya hanya karna tidak mampu membagi waktu kuliah dan organisasi, dan saya kalah sodara-sodara..... Perjuangan dimulai lagi, tapi kali ini saya tidak mau kecolongan. Saya benar-benar extra kerja keras belajar untuk menaikkan nilai IPK saya, serta semua rencana kerja organisasi. Efeknya... saya tumbang... Selama seminggu demam dan diare. Saya pergi ke rumah sakit dan hasil test darah menunjukkan saya terserang virus karna kecapekan. Tapi saya masih sedikit happy karna nilai saya naik drastis dan kewajiban di organisasi berjalan dengan baik.

Tahun ke-4, saya ditunjuk sebagai sekretaris jendral organisasi dengan tugas dan tanggung jawab yang lebih besar lagi, ini artinya saya harus memilih prioritas antara kuliah atau organisasi. Logika saya mengatakan; ingat Rasi, tugasmu disini untuk menyelesaikan kuliah sebaik-baiknya, dengan nilai secemerlang-cemerlangnya dan dengan waktu sesingkat-singkatnya!
Sementara hati saya mengatakan; Heloooowwww.... memangnya hidup hanya sebatas kuliah dan angka IPK? Dimana keseruan masa mudanya? Kapan lagi bisa berekspresi rasa idealisme sepuas-puasnya? Hajaaaaar.......! 
Dan sayapun vakum dari perkuliahan. Saya hanya hadir di lingkungan kampus untuk membayar uang kuliah. Akibat keputusan saya itu, saya akhirnya wisuda dengan junior-junior saya. (Note: vakum disini artinya saya menunda mengerjakan skripsi yaaa.... sementara teori kuliah saya semua sudah selesai dengan IPK yang sesuai target. Jadi....keputusannya harus benar-benar rasional dan realistis. Kebetulan semua kuliah teori dapat saya selesaikan selama 3 tahun. Tahun ke 4 kuliah saya prioritas organisasi dan memasuki awal tahun ke 5 kuliah baru saya konsentrasi mengerjakan tugas akhir. Masa S1 saya juga gak lama-lama amat kok, hanya 5 tahun 2 bulan hehehehehe...)

Tapi saya puas.... teramat puas... kalau mengulang lagi masa-masa itu, tidak satupun keputusan saya akan berubah. Saya bahagia dan sangat bersyukur dengan rekan-rekan organisasi yang pernah saya kenal, they are my family out of blood. Pertengkaran, permusuhan, permasalahan, persahabatan yang saya alami waktu itu adalah bekal yang lebih dari cukup saat saya berada di dunia nyata contohnya dunia kerja. Boleh dikatakan karakter saya sekarang adalah hasil proses menahun ketika saya aktif di organisasi ini.

Well, terima kasih pak Anies untuk konfirmasinya agar mahasiswa tidak hanya datang, duduk, pulang dan mengejar IPK tinggi. Buat kamu yang masih muda, nasehat beliau ini bolehlah ditindak lanjuti...

PS: 
Kemarin sore, salah seorang sahabat dekat yang saya kenal melalui organisasi PMKRI mengabari kalau weekend ini dia sedang tugas ke Jakarta dan mengajak saya menghabiskan waktu semalam suntuk setelah tugas kantornya selesai. Well.... saya langsung tersenyum lebar, karna saya sudah membayangkan kegiatan gila yang akan kami lakukan.... ^___^

No comments:

Post a Comment