Wednesday 23 November 2016

Selena Gomez Speech at American Music Awards 2016

“In 2014 this stage was actually the first time that I was authentically, 100 percent honest with all of you. I think it’s safe to say that all of you know my life whether I like it or not. I had to stop because I had everything and I was absolutely broken inside. I kept it all together enough to where I would never let you down but I kept it too much together to where I let myself down. I don’t want to see your bodies on Instagram. I want to see what’s in here [holds chest]. I’m not trying to get validation nor do I need it anymore. All I can say from the bottom of my heart is I am so grateful that I have the opportunity to be able to share what I love every single day with people that I love. I have to say thank you so much to my fans because you guys are so damn loyal and I don’t know what I did to deserve you. If you are broken you do not have to stay broken. If that’s anything whether you respect me or not that’s one thing you should know about me. I care about people. Thank you so much for this. This is for you.”


Kata-kata diatas adalah speech yang disampaikan oleh penyanyi Selena Gomez pada saat menerima penghargaan sebagai penyanyi wanita terfavorit pop/rock pada American Music Awards 2016. Acara AMA 2016 ini adalah moment pertama kembalinya Selena setelah menjalani masa rehabilitasi untuk mengatasi depresi dan kesehatan mental dalam menghadapi penyakit Lupus yang dideritanya.

Penyakit Lupus adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi (peradangan) akibat penyakit lupus dapat menyerang bagian tubuh seperti kulit, sendi, sel darah, paru-paru, jantung. Penyakit ini memang tidak menular, bukan penyakit keturunan tapi bisa berbahaya dan bahkan berpotensi mematikan. Kesembuhan total dari penyakit ini tampaknya sulit. Saat ini medis hanya mampu fokus pada pengobatan sementara agar penyakit tidak meluas dan menyerang organ vital tubuh.

I am not too crazy about Selena instead I just heard some of her songs. Menurut saya, Selena menjadi pusat perhatian publik tidak lebih karna kehidupan pribadinya, terutama pasca berakhirnya hubungan asmaranya dengan Justin Bieber. Namun sejak terdiagnosa penyakit Lupus, Selena sepertinya banyak mendapatkan pelajaran. Untuk ukuran selebriti Amerika, Selena termasuk kind of sweet girl. Kelakuannya tidak aneh-aneh dan masih wajar dalam analisa saya. Well, itulah alasan mengapa para di Amerikapun menyukainya. Selena juga didaulat menjadi selebritis yang paling banyak followernya di media sosial Instagram. Perjuangan Selena dalam menghadapi penyakitnya mau tak mau menimbulkan simpati dari masyarakat dunia and I love the way Selena handle her disease.

Saya sedikit emosional ketika menonton Selena menyampaikan pidatonya itu di youtube. Kisah Selena mengingatkan saya dengan salah seorang teman dekat yang menderita penyakit Lupus juga. Teman dekat saya ini lebih muda 2 tahun dari saya dan kami kebetulan aktif di organisasi yang sama. Lia Emenita Tarigan adalah gadis yang sangat ceria dan sering melakukan hal-hal konyol yang membuat kami teman-temannya tertawa sampai mengeluarkan airmata dan memegangi perut. Walaupun dia sangat introvert, dia selalu kelihatan sehat dan bahagia. Beberapa kali dia datang ke kostan saya untuk diskusi kegiatan-kegiatan yang akan kami lakukan. Selama mengenal dia bertahun-tahun saya merasa tidak ada yang salah dengan kesehatannya. Memang sesekali dia bisa menghilang beberapa waktu tapi siapa yang tidak membutuhkan 'me time'? (beberapa tahun kemudian Lia menjelaskan kepada saya kalau pada saat-saat dia menghilang memang karena sakit. Tapi waktu itu dia belum tahu kalau dia mengidap penyakit Lupus).

Beberapa tahun setelah saya lulus kuliah dan memulai kehidupan di Jakarta, saya dihubungi oleh salah satu rekan organisasi di Pekanbaru yang menyampaikan kalau sahabat kami Lia sedang dalam keadaan yang cukup memprihatinkan setelah didiagnosa penyakit Lupus. Begitu sakitnya semakin parah, Lia yang tadinya sempat bekerja di kota Pekanbaru memutuskan pulang ke rumah orangtuanya di Medan dan melakukan beberapa jenis pengobatan disana.

Saya kemudian menelepon Lia, begitu dia mendengar suara saya dia langsung menangis tersedu-sedu. Saya hanya berusaha diam saat itu, mencoba memberikan Lia waktu untuk menstabilkan emosinya walaupun hati saya rasanya remuk. Saat itu dia benar-benar harus bed rest, mengkonsumsi obat-obatan (kimia maupun herbal), dia merasa iri dengan kami yang sedang mengejar karir dan impian lainnya sementara dia membuat orangtuanya harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatannya, belum lagi dia putus dengan pacarnya. Lia merasa kesepian dan sangat tidak berguna dengan merepotkan orang-orang disekitarnya.

Saya dan sahabat-sahabat lainnya, dikarenakan kita semua sudah tinggal berjauhan, berjanji satu sama lain akan secara rutin menghubungi Lia dan memberikan support moral. Pikiran yang sedang down hanya akan membuat antibodinya semakin lemah dan mengganggu sistem tubuh.
Berkat support yang kami lakukan, Lia pelan-pelan bisa bangkit, penyakitnya bisa dikendalikan dan Lia kembali ceria seperti dulu.

Terakhir kali Lia menelepon saya di pertengahan 2010, dengan suaranya yang familiar berkata; "Kaaaaaak..... sekarang kakak gak perlu khawatir lagi. Aku sekarang sudah sehat kak, aku makin gendut. Aku udah kerja, aku jualan barang-barang dapur lho kak. Trus... sekarang aku juga udah punya pacar baru...." dia tertawa-tawa menyampaikan semua perubahan hidupnya, kami kemudian bercanda seperti biasa dan saya berpikir kalau Lia sudah dalam keadaan baik-baik saja.

Faktor jarak, kesibukan dan lokasi yang pada akhirnya membuat saya secara pribadi kehilangan kontak dengan Lia. Tidak ada lagi rutinitas telepon. Sayangnya sahabat-sahabat saya yang lain pun ternyata mengalami hal yang serupa.

Memasuki Juni 2012, saya mendapat kabar kalau Lia dalam keadaan koma. Saat kami semua sahabat-sahabatnya sedang mengumpulkan sumbangan, 5 Juni 2012 Lia menghadap Tuhan yang Mahakuasa di usia 26 tahun.

***************************



Mengutip perkataan Selena, if you are broken, you do not have to stay broken,
Kalimat diatas adalah sebentuk pernyataan, kalau memang kita sedang membutuhkan pertolongan orang lain, then please just let them know.

Setelah kepergian Lia banyak perdebatan yang mengatakan kalau sebelum jatuh sakit lagi, Lia sebenarnya sedang dalam keadaan down tapi dia tidak ingin merepotkan orang lain. Kalau hal itu benar, saya hanya tidak ingin memberikan komentar apapun tapi pelajaran yang bisa saya ambil dari sini adalah please ask help when you think you can't help yourself! it's not about you, but it's about people who love and really care about you. 
It's about your life and your responsibility to your ownlife. It doesn't mean you're weak, you're only a human like anyone else. Every human needs help sometimes. I believe there are still many good person out there. You just have to define which part of your story is need help immediately and tell them. Helping hands are everywhere, trust me!
Untuk beberapa hal, hanya kita yang dapat menolong diri kita sendiri, tapi jangan lupa ada hal lain juga yang hanya orang lain mampu menolong kita. Meminta pertolongan bukanlah sebuah dosa.

Selena sangat beruntung dia menerima banyak cinta dari orang-orang di dunia dalam menghadapi penyakitnya, yang saya berharap seandainya Lia pun mendapatkan hal yang sama. Terkadang saat reuni organisasi, kami teringat kembali dengan Lia, ada kesedihan yang mendalam dan kami semuapun akhirnya terdiam. Saat ini saya hanya berharap Lia sudah berbahagia dan tenang di sisi Tuhan. Bagi saya, tidak ada hal yang paling menyedihkan ketika kita harus kehilangan salah seorang sahabat kita.

No comments:

Post a Comment