Friday 25 November 2016

Person of October; My Remarkable Girlfriends (Special to Jo)

Thursday, 20 October 2016

Person of October; My Remarkable Girlfriends (Special to Jo)

Sesuai dengan topik sebelumnya... di Bulan yang istimewa ini saya ingin membahas tokoh, yaitu salah seorang sahabat perempuan saya. Alasannya apa? Well, saya hanya berpikir kalau tokoh pertama yang akan saya review haruslah saya kenal secara personal dan diluar pertalian keluarga. Tokoh ini haruslah menginspirasi saya dan dekat secara emosional juga. Dengan alasan ini, orang pertama yang saya ingat adalah sahabat terlama saya (sudah 16 tahun) yang bernama Johanna Elisabeth Sinaga.

Sebenarnya, saya memiliki lebih banyak teman pria dari pada teman wanita. Tapi, entah kenapa dari dulu saya sangat selektif ketika memilih teman perempuan. Khusus teman pria, saya tidak akan pernah menceritakan masalah personal saya, kecuali saya memiliki 'feeling' terhadap dia. Teman pria bagi saya adalah teman yang asyik disaat have fun saja, kalau dijadikan tempat curhat khawatirnya akan terjadi kesalahpahaman.
Bisa dikatakan saya adalah tipe yang mengkotak-kotakkan hubungan pertemanan. Misalnya:

Si A: Kategori teman yang cukup hanya sekedar say hai saja bila bertemu
Si B: Teman untuk have fun
Si C: Teman saat lagi punya duit banyak
Si D: I can trust everything and count on them

Untuk teman wanita, well, sebenarnya saya punya banyak, namun hanya sedikit yang sangat dekat dan saya percayai. Kepada mereka saya sudah tidak memiliki rahasia apapun. I told them every single thing about me and my truly condition. Hanya kepada mereka saya tidak bertopeng, hanya didepan mereka saya tidak malu untuk menangis, dan hanya mereka yang saya ijinkan untuk memarahi saya, 'memerintah' saya, atau menasehati saya (terkadang, bahkan perkataan mereka lebih saya dengarkan daripada nasehat orangtua saya). Sebegitu berpengaruhnyakah mereka? ya... mereka adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. Perlu saya garis bawahi, bahwa saya dan teman-teman wanita saya memikili beberapa karakter yang hampir sama:

1. Tegas cenderung keras kepala
2. Cerewet, tanpa basa-basi alias straight to the point
3. Simple dan tomboy
4. No gossip about envy related to other woman
5. Very strong willing
6. Pekerja keras
7. Superior
8. Sarcastic tapi humoris
9. Tidak bisa dandan
10 Konyol dan jahil
11. No hard feeling alias no-drama and sentimentil. Saya terkadang bertengkar hebat dengan mereka, tidak bicara selama berbulan-bulan untuk kemudian bertemu lagi dan melakukan hal gila. Tak ada satupun dari kami mempermasalahkan siapa yang salah... kalau ingin bertemu ya tinggal call saja, selanjutnya kami bahkan lupa kalau sedang bertengkar.
12. Kami sangat, sangat dan sangat sadar bahwa kami tidak cantik secara fisik. Anehnya kami tidak pernah membahas bagaimana caranya supaya menjadi cantik dengan produk-produk kecantikan. Kami akan lebih banyak mengobrol tentang cita-cita, mimpi, cowok, traveling, investasi atau keluarga.
13. We are daughter of our father. We love our father too much! Kami adalah tuan putri untuk bapak kami hehehehehe...
14. Kind of one hearted woman. Do not expect us as a player.

I love and adore my girlfriends soooooo much....!!!!!! I laugh as much as cry with them.

Seperti yang sudah saya ceritakan diawal, sahabat saya yang pertama dan yang paling lama adalah Johanna. Sebelum saya menulis tentang dia, saya sempat meminta ijinnya lewat WA untuk menulis kisah persahabatan kami di blog ini, dan dibalas dengan simple: Boleh aja Ras, I trust you!

Saya mengenal sahabat saya ini ketika memasuki masa SMA/SMU. Kami sekelas, dan dia duduk diseberang bangku saya. Saya lupa bagaimana awalnya kedekatan kami, tapi yang pasti saya langsung suka karna dia cerewet dan tidak jaim atau munafik. Johanna sebenarnya sangat jahil, namun tertutupi dengan tampangnya yang lugu dan pendiam. Siapapun yang melihat dia pasti tidak percaya kalau orangnya konyol level 1. Johanna sangat pintar, punya visi dalam hidup untuk jangka panjang. Johanna merupakan suporter terbaik saya sampai sekarang. Permasalahan apapun yang saya hadapi, sahabat saya yang luar biasa ini mampu memberikan sebaris nasehat yang membuat saya terdiam dan mengakui kalau dia memang benar.

Untuk masalah pribadi alias percintaan, kebetulan kami memiliki persamaan. Yess...kami mudah tertarik dengan pria namun sulit untuk jatuh cinta. Sekali kami jatuh cinta, selalu tahan lama dan menjadi bego bertahun-tahun. Namun jangan salah, disaat kami sedang bego-begonya diakibatkan buta karna penyakit cinta, kami selalu berusaha untuk tetap berpikir rasional. Tapi untuk masalah yang satu ini Johanna lebih cepat move on dibandingkan dengan saya (Huh... beruntung sekali dia!). Pernah suatu kali, mungkin karna dia geram melihat saya yang masih bertahan mencintai 'mantan' gebetan selama bertahun-tahun, dia marah dan menasehati saya dengan kejam.
"Makanya Ras, lain kali kalau cinta itu pakai otak! ga usah terlalu banyak pakai hati!" Sadeeeesss....Wkwkwkwk...

Dulu Johanna pernah pacaran dengan kakak kelas saya di perkuliahan, dan dia dengan cerewet akan bertanya berapa IPK pacarnya itu (Johanna mensyaratkan minimal IPK 3.00). Apakah dia merokok atau tidak. Terjadi beberapa kali proses pengampunan, namun karna pacarnya tidak berubah juga, dengan gampangnya Johanna memutuskan hubungan mereka. Awalnya saya pikir dia egois sekali, terlalu banyak mengatur pacarnya. Ya udah, kenapa memangnya kalau merokok dan IPK dibawah 3.00? namanya juga masih muda, tapi dia tetap tidak bisa terima.
Namun bertahun-tahun kemudian saya baru menyadari kalau apa yang dilakukan Johanna memang benar dan sayapun akhirnya berpikir begini (yang pasti sama dengan Johanna):

Kalau memang pria ini bersedia manjalin hubungan yang istimewa dengan saya, maka saya harus bisa membuat dia lebih baik dan lebih bahagia. Dia harus lebih pintar, lebih maju, lebih dewasa (mental dan spiritual) dan lebih sehat dibandingkan sebelum bertemu dengan saya. Kalau ternyata kehadiran saya tidak membuat dia tambah maju, lha untuk apa ada saya dalam hidupnya? Lebih baik tidak ada hubungan sama sekali. Kalau dia tidak mau kompromi mengenai hal itu, silahkan cari wanita lain yang bisa dia digandeng tangannya menuju ke "kemunduran", karna saya tidak mau hidup berjalan mundur. Begitu juga sebaliknya, sayapun harus merasa lebih baik ketika saya memiliki 'teman istimewa'. 

Berbekal prinsip ini, dulu saya pernah memutuskan untuk meninggalkan teman dekat pria saya hanya karna dia tidak setuju kalau saya melanjutkan studi lagi dengan alasan tidak bisa menerima kalau kami terpisah oleh jarak. Kami kemudian bertengkar, dan saya katakan kalau saya lebih memilih menangisi dia bertahun-tahun daripada tidak lanjut sekolah lagi. Apakah saya menangis? YA. Bertahun-tahun? YA. Apakah saya menyesal? TIDAK. There are no excuses when you decided to pursue your education. Apalagi hanya karna seorang pria yang tidak cukup dewasa secara mental. Saya hanya perlu belajar dan membiasakan diri hidup tanpa dia. Saya bisa dan berani memutuskan demikian, disebabkan pengalaman sahabat saya itu.

Sewaktu saya melanjutkan studi di Yogyakarta, Johanna menelepon dengan membawa berita gembira kalau dia sedang jatuh cinta! Wow... Saya turut berbahagia saat itu. Pria ini pasti sangat istimewa karna dia mampu mencuri hati seorang Johanna. Sampai saya mendengar tentang pria ini secara detail, akhirnya saya menolak untuk menyetujui hubungan mereka. Ada perbedaan yang sangat krusial dan saya memaksa Johanna agar tidak melanjutkan hubungan asmaranya itu. But she couldn't help it. She was so in love with him. Saya tau itu agak sulit, namun saya pikir kalau Johanna juga sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan hidupnya. Sebagai sahabat, saya hanya mengingatkan, kalaupun dia memutuskan untuk tetap menjalin hubungan dengan si pria, ini sama saja dengan memelihara bom waktu. Tinggal menunggu kapan meledaknya saja...

Lima tahun... yap... lima tahun kemudian, bom itu akhirnya meledak. Saya tidak kuat melihat sahabat saya ini patah hati dan berurai airmata. It really broke my heart. Endingnya terlalu menyakitkan, saya tahu kalau dia tidak layak diperlakukan seperti itu. Sahabat saya ini berhak untuk mendapatkan yang terbaik! Tapi cara kerja Tuhan memang istimewa. Disaat bencana patah hati itu terjadi, Johanna mendapatkan beasiswa ke Australia, tepatnya di Melbourne University (Johanna memang gadis yang pintar). Studi keluar negri  merupakan cita-cita yang sudah lama diimpikannya. Saya ingat dulu bagaimana Johanna mensupport saya ketika akan melanjutkan sekolah lagi. Waktu itu saya belum punya sertifikat TOEFL dan kemampuan ilmu pksikotes saya masih perlu diasah lagi. Setiap sabtu kami sama-sama les bahasa asing di Univeristas Indonesia Salemba dan hari Minggunya kami melanjutkan kursus singkat mengenai test potensi akademik di Lebak Bulus Jakarta Selatan. Waktu itu Johanna sedang mengincar beasiswa ke Jerman, sehingga kami sama-sama kursus. Senin sampai Jumat kami bekerja, Sabtu-Minggu dilanjutkan dengan kursus. Tidak ada waktu untuk berleha-leha. Well, paling tidak Johanna bisa melampiaskan rasa patah hatinyanya melalui kuliah. Solusi yang sangat keren dari Sang Pencipta dan saya bahagia sekali karna dia bisa menggapai mimpinya.

Johanna itu perempuan paling kuat yang pernah saya kenal. Pertama kali dia merantau ke Jakarta, dia menelepon saya yang waktu itu masih kuliah di Pekanbaru. Saya sampai menahan tangis ketika dia menceritakan perjuangannya mencari kerja di Jakarta. Dia kost di tempat yang kurang layak supaya bisa mengirit biaya. Setiap hari dia membeli gorengan Rp. 3000,- untuk lauknya makan satu harian. Dia buta dengan lokasi Jakarta, tapi dia pantang menyerah. Setiap hari dia bisa mengirimkan sampai 50 surat lamaran kerja. Kabar sukacita itu akhirnya datang ketika Johanna diterima bekerja di sebuah perusahaan yang bosnya orang bule dengan gaji yang lumayan besar.... yey..!!! Pengalaman sahabat saya ini yang pada akhirnya mendorong saya untuk merantau juga ke Jakarta dan kami sama-sama bercita-cita untuk melanjutkan kuliah lagi.

Well, kami hanya gadis kampung yang selama ini tidak dianggap bahkan mungkin tidak dilirik. Rasa minder kami luar biasa. Saya pernah membaca status Johanna di media sosial yang mengatakan kalau kekuatan terbesarnya adalah "mau belajar dan bekerja keras", dia tidak bisa mengandalkan harta ataupun fisik karna memang dia tidak memiliki itu semua, karnanya dia bersedia belajar dan bekerja lebih keras dari kebanyakan orang untuk mencapai apa yang diimpikannya. Keren kan?
Dulu karna terlalu minder dan saat naksir kakak kelas yang keren-keren sewaktu SMA, kami menjadi penelepon gelap demi bisa melampiaskan rasa iseng dan rasa suka kami.... hahahahaha.... soooo ridiculous!!!! Saya memutuskan untuk tidak menceritakan detailnya karna terlalu banyak hal jahil yang kami lakukan dan saya bingung memulainya darimana.
Kami melakukan itu karna mungkin kami sangat memahami status kami yang "pungguk merindukan bulan". Kasian ya...??? Hahahahaha...

Ada satu hal yang paling saya kagumi dari Johanna. She loves her family so deeply! Dia membiayai kuliah adiknya, membantu keuangan orangtuanya dan lainnya. Johanna sangat royal kepada keluarganya. Dia pernah bercerita, kalau bertahun-tahun bekerja dia tidak punya harta karna lebih mementingkan keperluan keluarganya. Pernah ada kejadian, adiknya sedang sakit keras. Johanna mati-matian berusaha untuk mengurus adiknya. Mulai dari menemani berobat di Jakarta sampai biaya pengobatan ke Penang Malaysia. Tidak ada yang tidak dilakukan Johanna demi keluarganya. Terutama, dia terus berusaha untuk membahagian kedua orangtuanya. Dia secara rutin akan mengirim materi kepada mereka. Pernah sekali waktu dia tugas kerja ke Yogyakarta dan kami bertemu, disana dia menceritakan tentang permasalahan keluarganya dan saya lihat kalau dia semakin kurus dan matanya sangat sayu. Waktu itu saya sedikit marah, saya katakan kalau saya tidak keberatan jika dia lebih mengutamakan keluarganya, tapi dia juga perlu sedikit egois untuk mengurus dan membahagiakan dirinya sendiri. Tapi dia menjawab seperti ini:

"Ras, aku nggak mau nanti ketika orangtuaku meninggal aku menangis karna menyesal belum sempat membahagiakan mereka. Aku mau menangis karna memang aku sudah puas membuat mereka bahagia. Mereka sudah banyak berkorban untuk aku dari kecil sampai besar. Aku berkomitmen untuk tetap mengirimi mereka 'uang' bahkan nanti kalau aku sudah menikah. Komitmen ini juga nanti harus disetujui oleh pasanganku"

Yaaaak... saudara-saudara... saya hanya mampu diam dan merasa bodoh sekaligus egois mendengar kata-katanya. Berbahagialah orangtuanya memiliki anak seperti Johanna.

Menulis tentang Johanna, membuat saya berdoa dalam hati betapa saya sangat bahagia dan bersyukur memiliki sahabat seperti dia. Sahabat perempuan saya yang paling lama. Sahabat yang menjadi saksi di setiap permasalahan yang saya hadapi.
Dan yang membuat saya semakin bahagia adalah dengan mengetahui kalau saya memiliki Johanna-Johanna lain. Beberapa sahabat perempuan sewaktu saya tinggal di Pekanbaru, dimasa-masa saya bekerja di Jakarta dan sewaktu saya tinggal di Yogyakarta.

Sekarang Johanna menetap di Australia sampai paling tidak 2 tahun kedepan. Thanks to WA kami bisa teleponan gratis :D :D :D Kami masih bisa saling support dan bertukar kabar, terkadang kami bahkan masih bercerita tentang hal-hal konyol atau mengungkit semua kegilaan kami di masa lalu. Sampai sekarang saya masih suka tertawa sendiri kalau mengingat memori-memori itu. Saya hanya bisa mendoakan semoga studinya lancar, dan dia tetap sehat disana sampai dia kembali ke Indonesia.

Kalau ada yang mengatakan kita harus pemilih dalam berteman, saya setuju dengan hal itu. Kita boleh ramah kepada siapa saja, namun pertemanan dan persahabatan merupakan hal lain. Mereka... all of my girlfriends are my precious treasure. I love and proud to know them because they're really something!

Why I need best girlfriends?
Because we laugh at the same stupid things we do.
Because they give me honest advice.
Because they will be there for me, even if
they're thousands of miles away.
Because they celebrate with me, when I'm at my best
but still love me at my worst.

Note:
Incase you read this Jo, I just want to let you know that I'm really proud of you and always will be. For every struggling you've been faced, you're beyond an incredible woman. You've been hurt by someone who didn't deserve you but heeeiii... just read my words below:

It's just a test Jo... like all the previous tests, I believe you can win this.
I know you're striving for excellence spiritually so don't let yourself fall for someone unequally yoked believers again, cause at the end, it will become a disaster. I don't talk about religion but more than that ya Jo. Just seek the character and maturity from someone, cause in the long term love isn't enough.
You deserve for a man who can respect you in order to be submissive.
The one who can be the leader, priest and provider to the lives entrusted to him by God, will come to your path. Your truly happiness on the way Jo, so be patient yaaa...
Johanna, you are worth a lot! remember that! Never ever let that 'hurt feeling' make you down.
Stay tough there, GBU abundantly. Hug youuuuuuu.........!!!

No comments:

Post a Comment